Magang…atau kalo kata ibu Aida bahasa kerennya
apprenticeship sepertinya kata yang gak terlalu asing, tapi baru pertama aku lakukan. Tiga minggu terakhir magang di kebun binatang, Wah, banyak hal yang sebelumnya sama sekali gak tahu jadi tahu. Setidaknya pengetahuanku bertambah jika disbanding 3 minggu sebelumnya hehehe… Bukan 3 minggu pas karena tiap minggu dapet libur… Special thanks for Ibu Aida atas ide magangnya yang luar biasa, berawal dari percakapan yang sebenernya gak disengaja dan terimakasih untuk semua bantuannya,.. “
You are the best mom” ^^.
Terimakasih juga untuk pak Kadek atas semua bantuannya selama magang, atas bimbingannya serta liburan penuh pengetahuan yang selama 3 minggu yang selalu diberikan. Pak Ari, terimakasih selalu memberikan semua penjelasan secara detail setiap kami ke kandang ketika akan melakukan terapi, paling keren waktu blow up si Unta,
hope can trying for next time.
Terimakasih kepada mbk Hera atas bimbinganya di Fress water, pertamanya gak begitu tertarik dengan aquarium tapi “
make a new ecosystem at the aquarium” sungguh mengesankan, semoga tetap selalu bisa belajar banyak di waktu yg akan datang. Juga kak Ayu yang ngasi tahu gmn ngukur2 semua kualitas air di aquarium. Mbk Uun yang selalu berbagi tentang pentingnya “
care” sama satwa dan berbagi semua pengalamannya. Ibu Dayu, makasih udah ngasi kesempatan buat kita untuk meriksa feses satwa-satwa dan bimbingannya. Pak Mardian yang selalu nganter jemput dan cerita hal-hal menarik yang bikin penasaran. Ibu Rini dan mbk Dewiq, yang selalu berbagi apapun yang kalian punya.
Dan akhirnya tentu saja “TERIMAKASIH” untuk guru-guru terbaikku di lapangan “PARA KEEPER” perawat satwa, atas kesabarannya menjawab semua pertanyaan dan berbagi pengetahuan yang dimiliki.
Bli Putu, Bli Donald, Bli Dewa, Bli Bojes (kandang jerapah, zebra gravy, watusi, kuda poni), Mas Tangguh, Bli Chelin, Bli Angga, Bli Bom2 (Kandang panorama: badak, Oryx, zebra, Blue Gnu), Mas Heru, Agus (keeper singa) Mas Agus, Bli Ocel (makasih tumpangan gajahnya hehehe…), Pak Sekar, Pak Wayan, Bli Jangar, Wayan, Pak Ngurah (fishkeeper, makasih karna uda ngasi kesempatan qta jd duyung fish :D, akhirnya bisa filet ikan tanpa ikut kursus, ada yang hutang frutea botol juga hahaha…) pak Wayan pokoknya semuanya makasih....
Mungkin ga semua bisa tak ceritain, tapi minimal hal yang penting tak cantumin, hahaha… maklum ngetiknya tiap hari setelah pulang magang, agak capek dan ngantuk, takutnya kalo ga langsung ditulis jadi ada yang sedikit terlupa, tapi karna ngantuk kadang banyak tulisannya yang rada aneh… buat pembaca tolong di maafkan yaaaa…. ^^
Day 1
Hari pertama magang di kebun binatang. “Hari ini bakal ngapain yaa?” Pertanyaan yang uda ada sejak kemarin sore. Pagi2 nunggu di HRD, ternyata dijemput Kepala Bagian Keeper, Pak Mardian. Mukanya cukup familiar, ramah juga. Ternyata hari pertama kami diantar ke kandang herbivore. Oh, lupa cerita di awal. Kegiatan ini adalah kegiatan magang, di kebun binatang yang lumayan luas. Aku magang bareng Ica, temen seangkatan. Sangat beraganm satwa liar di sini, Afrika, Asia, India. Habis kertas kalo disebut satu persatu namanya…. Ntr ceritanya sambil jalan … ^^
Pertama sampai harus kenalan dengan para keeper dulu, Bli Putu (jerapah), Bli Donald (zebra), Bli Dewa (watusi), Bli Bojes (kuda poni). Kandang hervora ini ada Kuda poni, Watusi (Sapi Afrika), Zebra dan Jerapah, Sophy (betina) dan Matadi (jantan). Kedua jerapah baru menghuni kebun binatang baru sekitar 2 bulan, langsung didatangkan dari Canada dan Jerman. Transportnya lewat peti yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran jerapah saat berdiri. Dan dibuat begitu pas dengan ukuran tubuhnya bertujuan agar meminimalisir geraknya. Diantara hewan herbivore yang satu komplek kandang dengan jerapah, si Sophy dan Matadi dapat “special service”. Selain karena baru datang, menurut si empu alias keeper’nya, jerapah termasuk hewan yang sensitif. Meliat sesuatu yang aneh dikit uda langsung lari ga tentu arah, nubruk semua yang di depannya. Kandang jerapah dibuat agak tinggi, ya sesuai dengan ukuran tubuhnya, bagian lantai kandang dialasi dengan serbuk gergaji, agar lantainya ga licin karena jerapah mudah kepleset. Kalo ampe jatuh bisa bahaya. Tanduk Si shopy terlihat patah, ini karena dalam perjalanan nyeruduk2 peti.
Nah untuk tempat pakan dikandang dipakai baskon aluminium ukuran besar. Setiap pagi selalu di cuci, dan setiap 3 hari sekali dibersihkan dengan desinfektan. Pakan kesuakaannya adalah daun kaliandra. Biasanya pohonnya hanya tumbuh didataran tinggi. Karena itu masih diimpor dari kabupaten tetangga. Bukan berarti jerapah ga doyan makanan lain. Pemberian pakan 2 kali sehari. Pagi jerapah di keluarkan sekitar jam 9 pagi ke kandang exhibit, dan pemberian pakannya hanya diberikan pellet karena daun kaliandranya baru dateng dari suplaiyer sekitar jam 2 siang. Jam makan kedua saat sore hari di kembalikan di kandang sekitar pukul 17.30. Makanan special tentu sudah menunggu di kandang. Ini salah satu trik juga agar meraka dapat dengan mudah disuruh kembali ke kandang. Makanan di kandang harus lebih menarik dari pada di kandang exhibit. Buat aku yang pertamakali liat agak kaget melihat pakan yang tersedia. Pakannya adalah buncis, kacang panjang, wortel, kentang, apel hijau tapi kadang apel merah juga diberi, bawang bombai dan roti. Wuahhhh… kalo dilihat jumlahnya. itu makanan anak kos-kosan selama seminggu hahaha… Jangan lupa memotong menjadi bagian yang tidak terlalu kecil ataupun besar, karena jika masih utuh biasanya pasangan jerapah ini tidak mau mengunyahnya apalagi menelan. Buahnya juga harus dicuci sebelum memotongnya. Awalnya penasaran, kenapa harus diberi bawang??? Menurut keepernya itu untuk membuat corak bentol2nya lebih mengkilat.
Saat yang paling sulit tentu saat mengiring dari kandang ke kandang exhibit atau sebaliknya. Kadang jerapah gak mau lewat kalo ngeliat yang aneh-aneh. Saat akan dikeluarkan menuju lokasi exhibit kami harus menutup sebuah selang yang melintang dengan serbuk gergaji agar jerapah ga panik. Perubahan sekecil apapun di kandang akan membuatnya enggan untuk masuk. Bahkan dulu ketika dibuat sebuah lubang untuk pintu kandang jepit di pintu masuk kandang si jerapah gak mau lewat.
Oh.. MG, … susahnyo dengan mereka. Waktu istirahat yang dipakai untuk tidur-tiduran biasanya sekitar jam 1-2 siang. Benar saja, saat diamati di lokasi sekitar jam 1 siang mereka uda pada pw (posisi wuenak...)duduk di lokasi.
Nah, di sebelah kandang Sophy dan Matadi ada Sagar, Betris, April dan Julius. Semuanya adalah zebra. Ada tiga jenis Zebra yakni zebra gunung, dataran dan primitive. Nah, yang ada di kandang saat ini adalah yang jenis primitive, greevy. Lebih langka jika dibandingkan dengan yang lain. Reproduksi agak susah kalo di kebun binatang. Menurut keepernya ini April adalah ibu pertama yang sukses menghasilkan di kebun binatang. Sagar udah pernah makan korban dengan mengigit satu blu gnu ( wildebeest Afrika) sampai mati. Kalo Julius baru berumur 1 bulan pada 10 september mendatang. Karena kaki Sagar pincang ditendang Betris yang menolak diajak kawin, sementara April harus menjaga anaknya, jadi yang nyetor muka di hadapan pengunjung adalah Betris sendirian. Jika hewan tidak dikeluarkan ke lokasi exhibit maka akan ditempatkan pada pedok (kandang yang agak luas dari kandang istirahat. Agar hewannya ga stress terus di kandang). Untuk alas kandangnya juga diberi serbuk gergaji. Pakan zebra hanya rumput gajah, wortel dan pellet (pakannya ga seribet di jerapah). Pelet biasanya diberikan 2 kg untuk zebra dengan kondisi biasa. Untuk yang baru melahirkan biberi pellet 3 kg.
Saat akan dimasukkan ke kandang pedok, aku adu seruduk dengan Sagar. Hampir saja dia melarikan diri. Yang perlu diwaspadai adalah tendangan ke belakang kaki belakang. Tapi dya juga bisa gigit. Agar dia ga nerobos Bli Donald menyuruhku membentangkan pintu dan harmonikanya, maksudnya untuk nutup jalan agar dari kandang dia langsung ke pedok… harmonikanya masih kupegang karena ga ada tempat buat kaitnya, begitu kandangnya dibuka, bukannya langsung jalan ke pedok, eh… dia malah berlari ke arahku. Sepertinya dia tahu ada orang baru, ku coba menahan bagian kepalanya dengan tangan biar dia ga kabur tapi tenaganya tentu lebih besar. Buru-buru Bli putu menutup pintu kedua yang ada di jerapah. Untung saja pintu berlapi-lapis. Hampir dia lepas…
Wilson, Charles, Rhino, Ucok, Niko, Vikram, Terry, Novi, Dona, Rika, Febri, Putri dan Ririn. Semua watusi, nama-namnya keren yaaaa… pakan kesukaan mereka adalah ubi, tapi diberikan wortel dan rumput gajah juga.
Rumput gajahnya sedikit dihacurkan agar mudah dikunyah. Kandangnya di sekat beberapa bagian, biasanya jantan dipisahkan, maklum kalo lagi estrus susah diatur. Vikram adalah anak Novi yang berumur satu bulanan,kelahirannya berdekatan dengan Julius si anak zebra. Hidupnya berkelompok, jadi kalo dibiarkan sendiri kadang suka stress dan agak agresif. Pakan wortel gak bole terlalu banyak, kebanyakan bikin diare.
Ada kuda poni, Caverus, Kiwil, Angreni, Inul, Cavalina dan Zamdiah. Si Inul lagi bunting 7 bulan. Si putih Cavalina terkena ringworm dan juga mixing dengan parasite. Ya, kata pak dokter hewan sudah komplek. Karena tampilannya yang gak terlalu bagus jadi si kuda2 poni gak dikeluarin ke kandang exhibit. Saat di keluari ke pedok, ga bole dijadiin satu jantan ma betina, karena si jantan bisa ngejar betinanya terus.
Di sela2 asik di kandang herbivor kami diajak untuk ngambil darah harimau. Waahhh… belum pernah liat nie.. Pengambilan darah dilakukan pada pembuluh darah di ekor (Coccygea). Kandang harimau sudah disiapkan dengan posisi dapat dibuat sebagai kandang jepit. Selain itu karena si harimau gak mau makan jadi infus. Infus dilakukan secara sub cutan, aliran infusnya juga kayak ari kran yang dibuka full, ngucur lancar. Aliran seperti ini hampir sama kalo infus iv pada gajah. Pak Kadek di bantu oleh ibu dayu kalo killing ke kandang.
Setelahnya sempat memberikan obat mencret pada unta. Nah, ada yang menarik dari unta jantan, ternyata air kencing saat si unta kencing bukan ke arah depan tapi kearah belakang. Dan saat kawin biasanya posisi penis di depan dan betinanya dalam posisi duduk .
Weist lupa, kami juga empat menemani Pak drh. Ari memberikan keeper Unta obat diare. Ternyata mereknya sama dengan obat diare yang diberikan pada manusia, hanya saja dosisnya yang beda. Diberikan 8 tablet tiap pemberian dan diberikan 2 kali sehari.
Day 2
Still in herbivore cage.
Aktivitas pembersihan kandang dan penyiapan pakan masih sama seperti sehari sebelumnya. Tapi ada yang seru di kandang Kuda poni pagi ini. Sang keeper ternyata mengeluarkan Coperus dan Kiwil (keduanya jantan) secara bersamaan. Nah, mereka jadi adu kekuatan. Awalnya hanya saling tendang dengan tendangan kaki belakang, namun ujung-ujungnya saling gigit. Kiwil adalah kuda Sumbawa jadi bukan kuda poni. Ukuran mulutnya juga berbeda dengan Coperus. Jika dibandingkan lebar mulut Coperus lebih lebar. Serangan Coperus terus mengarah ke arah leher Kiwil. Pada umumnya kuda mengigit lawannya memang menggigit pada bagian leher, sama halnya dengan Singan ataupun harimau jika ingin melumpuhkan mangsanya. Empat orang keeper langsung datang untuk memisahkan keduanya tapi Kiwil sudah terlanjur terluka. Untuk memisahkan keduanya disemprot dengan air karena walaupun dihalau dengan kayu keduanya tetap saling serang. Luka yang timbul lumayan lebar, bagian sisi leher kiri dan kanan. Akhirnya harus lapor ke dokter hewan. Lukanya disemprot dengan air terlebih dahulu, selanjutnya dispray dengan Limoxin, kandungannya oxytetracyclin.
Siangnya sambil mengamati jerapah, jika diperhatikan kandang yang paling tertutup adalah kandang jerapah. Jerapah merupakann satu satwa yang paling sensitif, bisa dibilang merupakan alarm di habitat aslinya. Jika jerapah telah mengeluarkan suaranya (kadang cuma bersin doang) maka hewan-hewan lain akan langsung waspada. Jadi kandang istirahat harus dibuat benar-benar tertutup. Ventilasi hanya dibuat bagian atas saja. Diharapkan manusia gak bisa liat jerapah dan jerapah gak tahu keberadaan manusia di luar.
Siang harinya kami dijemput Pak Mardiana, katanya harus ke HRD ngambil Name Tag. Perjalanan pulang lumayan juga ngelilingi satwa-satwa di kandang exhibit. Melewati kandang Orang Utan, buaya dan kambing gunung. Paling menarik adalah exhibit dari Orang Utan, keseluruhannya dibatasi oleh air, berupa kolam yang cukup dalam. Reliefnya dibuat demikian karena umumnya mereka taku dengan air jadi diharapkan mereka tidak akan melewati wilayahnya dan kabur. Tapi namanya kera yang masih satu ordo dengan kita, mereka sangat pintar. Menurut cerita, seorang keeper pernah di kunci dalam kandang saat akan mengeluarkan orang utan ke kandang exhibit. Wah, bisa terbalik juga penghuni kandang.
Day 3
Awal pagi ini diawali dengan bersih-bersih di kandang jerapah. Bau kencingnya lumayan menyengat (apa karena makan bawang yaaa?). Keepernya menyuruh untuk mengajarinya memakan wortel dari tangan. Ini membantu jika nanti setelah jerapah di kandang exhibit. Pengunjung yang lewat akan mudah melakukan “feeding” sehingga jerapah gampang di foto saat pengunjung lewat. Tapi cukup sulit mengajarinya karena jerapah agak sensi. Kalo mau masuk ke kandangnya dan membuka pintu kandang gak bole langsung pintu di buka, bisa-bisa si jerapah nubruk tembok. Panggil namanya dulu atau minimal kita menimbulkan suara sebelum membuka pintu kandang. Karena lama menunggunya agar mau mendekati wortel yang ku bawa, ya udah si sophy dan Matadi dimandikan saja. Sophy lebih suka air disbanding Matadi (mungkin sama dengan manusia, cowok jarang mandi di banding cewek hehe…).
Nah, karena keeper singa lagi Off satu maka keeper dari kandang jerapah di perbatukan ke sana. Hehehe… kesempatan buat ikut ke kandang singa. Sang keeper singa membunyikan bel sambil membuka gerbang. Eits, ngapain bunyiin bel? Wah, itu ternyata tanda bagi sang singa untuk keluar kandang maupun masuk ke kandang. Tapi seekor singa betina malah mengawasiku, seperti siap menyerang dan gak mau keluar. Aku harus mengalah dan sembunyi di balik mobil. Akhirnya dia mau keluar ke lokasi exhibit. Singa harus terus diawasi selama ada di lokasi exhibit. Nah, seorang keeper biasanya naik di mobil jip dengan bak terbuka dan terus berada di lokasi exhibit. Seorang lagi ada di tower ngatur buka tutup pintu lokasi exhibit (Cuma exhibit singa yang ada pintunya). Singa hanya takut dengan mobil jip keeper, sebuah mobil milik dokter hewan yang lewat bannya pernah digigit. Beruntung dapat kesempatan masuk ke kandang exhibit singa bersa seorang keeper singa. Baru masuk aja uda langsung diplototi dan mobil kami di kejar. Ini karena si singa melihat ada pendatang baru. Buru-buru ku tutup kaca mobil. Rasanya bener-bener kayak uda mau di mangsa. Tapi sang keeper, Agus yang sudah mahir, langsung memainkan gas mobil dan balik menyerang dengan mrnggerakkan mobil ke arah singa. Si singa mulai takut dan gak ngejar mobil lagi.
“ harus digituin, kalo ga dia bakal terus ngejar”, ucap Agus.
Leonardo, Sita, Candra dan Ica. Keempatnya nama-nama singa yang di lokasi exhibit. Candra dengan Sita dan Leo dengan Ica, mereka sudah berpasangan. Sita kebetulan dalam siklus birahi dan Candra berusaha mengawininya. Tapi sepertinya tidak berhasil, menurut sang keeper Chandra belum cukup umur, dia bisa menaiki betinanya namun perkawinan tidak berhasil, padahal Sita tidak melawan saat Candra menaikinya. Umumnya singa jantan dan betina kawinnya berhasil saat umurnya lima tahun. Pengalaman singkat di kandang singa. Harus kembali lagi ke lokasi exhibit jerapah, karena Ica uda nungguin lama (Eits, maksudnya Ica bukan si singa tapi temenku yang diajak magang hehe…).
Jerapah sangat menarik untuk terus diawasi tingkahnya di exhibit. Yang paling lucu adalah saat ia melebarkan kaki depan saat akan menunduk untuk merumput di bawah. Karena jam makan siang uda tiba, seorang keeper memangil kami untuk makan. Tumben di kandang sepi, ga ada orang. Owh pada bantu ngelas untuk buat kandang jerapah. Kuda-kuda poni dilepas cukup lebar sampai di depan pedok Sagar (masih, inget’kn Zebra jantan). Lagi asik makan tiba-tiba terdengan suara kedubuk-kedubuk. Ica melongokkan kepala sambil mengamati. Bahaya..!!! Sagar lepas. Larinya uda gak terkendali, mengejar semua kuda betina yang lepas. Aku dan Ica panik sambil memanggil para keeper, tapi gak seorang pun datang. Wah, gawat… Si inul yang lagi bunting juga di kejar-kejar, Covalina di kejar dan kaki belakang kanan di gigit Sagar sambil diseret oleh Sagar. Aduhhhh… Aku semakin panik, saat teringat kalo Sagar pernah membunuh seekor Gnu di kandang sebelah. Beruntung aku menyimpan no telpon Bli Putu dan bergegas menelponnya, tapi benar-benar sial… ga nyambung karena tertulis “emergency only” di layar LCD hp. Ica langsung mengambil hpnya dan meminta nomor hp Bli Putu.
Begitu tiba, Bli Putu langsung muncul menghalau Sagar. Tapi kini giliran Angreni yang di kejar. Tapi dengan bersusah payah Sagar berhasil di masukkan ke kandang. Covalina yang terluka parah. Kaki belakang kanannya gak bisa di pijakkan, pincang dan berdarah. Pak Ari di telpon dan langsung datang ke kandang. Sobekan lukanya cukup lebar dan dalam. Cavalina harus di jahit.
Lukanya dibersihkan dengan air dan di semprot Limoxin. Saat dokter datang kembali dibersihkan dengan LR dan anestesi local dengan lidokain. Dijahit dengan metode simple pada torehan kecil dan interrupted matres suture pada bagian yang agak lebar dipadukan dengan cross matres. Sebelumnya diberikan flunixin 3 cc, dan setelah di jarit diberi ATS (Anti Tetanus) 2 ampul, antibiotic 10 cc. Lukanya di balut dengan perban. Di berikan ATS 2 ampul karena kuda jika terluka rawan tetanus.
Sore, bermain sebentar k kandang gajah. Ukuran kandangnya lumayan besar 5 x 10 untuk 6 ekor gajah. Sempat bermain sebentar dengan Seprul, seekor anak gajah jantan. Tapi meski baru berumur 6 bulan, dis sudah mahir memakan tebu panjang dengan cara mematahkannya. Total ada 7 kandang besar dan 2 kandang kecil yang biasanya digunakan untuk menampung 34 ekor gajah yang ada di sini. Setiap gajah memiliki seorang keeper yang mampu mearawat dan mengendalikannya. Biasany para gajah bagi-bagi tugas, ada yang digunakan untuk safari keliling, ada yang di klokasi exhibit dan beberapa melakukan show dan sesi foto-foto dengan pengunjung. Sudah cukup sore harusnya mereka sudah pada datang, Akhirnya mereka datang, dengan wajah yang sumringah langsung memasuki kandang masing-masing. Tiap gajah, telah hafal kndang miliknya sendiri, tapi ini terjadi pada setiap spesies hewan yang ada di kebun binatang ini. Setiap hewan telah tahu waktu mereka harus ke klokasi exhibit dan waktu mereka masuk kembali ke kandang istirahat. Ternyata mereka sudah pintar-pintar. Pakan yang diberikan adalah daun jagung lengkap dengan batangnya, ubi, tebu, jagung, rumput gajah, pisang, pepaya. Kadang diberi gula aren juga, katanya untuk meningkatkan ketahanan tubuhnya.
Day 4
Pagi diawali dengan bersih-bersih di kandang kuda. Sambil liat kondisi si Cavalina. Ternyata bak pakannya masih terlihat penuh. Nafsu makannya agak berkurang. Tapi senang melihat ketika dia melakah kakinya telah bisa ditapakkan ke tanah hanya sedikit tertatih. Mudah-mudahan bisa sembuh dengan baik. Pak Ari datang lagi untuk mengganti perbannya. Setelah balutan dibuka, luka jahitan ditaburi bedak bacitrasin dan dibalut kembali dengan plester yang agak berpori.
Cukup lama di kandang membereskan semuanya, akhirnya melanjutkan kegiatan ke lokasi exhibit jerapah sambil mengawasinya. Setiap hewan di exhibit harus diawasi, takut kalo mereka melewati pagar pembatas dan kabur. Seusai makan siang aku mengamati kuda-kuda betina yang yang dilepaskan. Tapi karena suhu agak sejuk mereka banyak yang istirahat. Ada hal yang menarik ketika mereka tidur sambil bersantai, kaki belakang selalu dijinjit. Bagian telapak kakinya tidak menyentuh tanah, hanya ujung depan yang menyetuh tanah, tapi biasanya dilakukan bergantian antara kaki belakang kiri atau kanan.
Agak sore kembali ke kandang gajah, melihat seorang keeper yang sedang asik meyiapkan pakan untuk para gajah yang masih ada di luar. Kemudian kami tertarik melihat seekor gajah jantan terus bergerak-gerak aktif walau kakinya telah dirantai. Ternyata dia seekor gajah yang lahir di kebun binatang ini, Menurut keepernya jauh lebih sulit menangani gajah yang lahir di kebun binatang jika dibandingkan memang yang telah dijinakkan dari hutan. Ketika akan kembali ke kandang Jerapah kaki Adek seekor gajah jantan dewasa terluka. Ku kira karna mungkin kesandung sesuatu, seorang keeper sedang membersihkan kotorannya di kandang menggunakan skop (ga tahu tulisannya yang bener) menyapaku.
“Mbak tolong disemprot dengan obat dong lukanya…”
Aku jadi berpikiran si gajah kena alat penyekop kotoran milik sang keeper karena skop yang digunakan, terbuat dari seng yang ujungnya cukup tajam. Akhirnya ku semprot lukanya dengan iodine. Saat melewati kandang watusi, Bli Donald memangilku. Sepertinya dia memegang spray ditangannya. Ternyata dia ingin mengobati ujung mata watusi yang terluka dan dikerubuti banyak lalat. Tapi saat akan dispray matanya selalu menutup dan bagian yang terluka juga ikut terlipat. Agak sulit untuk mengobatinya. Akhirnya kami memutuskan menggunakan tisu. Obat disemprotkan dahulu ke tisu, kemudian Charles, sang watusi dipanggil mendekat dengan ubi. Harus sedikit dengan paksaan untuk dapat mengoleskan obat pada kulit dekat matanya. Tangan kiriku memaksa lipatannya untul tetap terbuka, dan tangan kanan mengoleskan obatnya. Cukup menegangkan karena kapanpun tanduknya dapat mengenai dagu. Wah, tapi berkat sang keeper yang handal untuk dia gak nanduk :D.
Day 5
Waktunya ganti kandang….
Pagi ini pindah ke kandang Badak. Tapi inget kenalan dulu dengan yang bertanggungjawab di sini. Ada Mas Tangguh (badak), Bli Chelin (Oryx), Bli Angga (Zebra),, Bli Bom2 (Blu Gnu), di areal kandang ini ada Badak, Zebra, Blu Gnu atao yang biasa disebut Wildeebest, Oryx adalah makhluk yang paling dicari tanduknya yang kini punya status kemungkinan punah di alam liar. Luas kandang Badak adalah 10 x 8 m. Ada dua kandang badak, satu dihuni Nelson seekor badak jantan dan kandang lain dihuni Hima, seekor badak betina. Umumnya badak sering terkena diare jika manajemen pakannya gak bagus. Bentuk fesesnya hampir sama dengan gajah, tapi jika dibandingkan lebih kecil volumenya.
Oryx, satu satwa yang paling anggun (walaupun yang teramati hanya jantan), dan menurutku ini satwa liar yang sangat cantik. Fesesnya seperti butiran beras, tetapi ukurannya lebih besar dan berwarna coklat kehitaman. Oyx merupakan satwa yang mudah mengalami belatungan pada bagian telapak kakinya. Belatungnya besar dan memakan isi bantalan kaki oryx, sehingga dia susah untuk menapak. Biasanya kalo sudah belatungan, susah untuk kembali sembuhnya. Oryxnya adalah jenis dammah atau sering disebut oryx pedang, hal ini dapat diliat dari tanduknya yang menyerupai pedang. Keduanya jantan, Jacky dan Toti.
Zebra yang ada di sini beda dengan zebra yang ada di kandang jerapah. Zebra di kandang badak adalah jenis Camand sedangkan yang di kandang Jerapah merupakan jenis Greevy.
Blu Gnu, pakannya hampis sama dengsn watusi. Gnu ada juga black Gnu, warnanya lebih mengkilat dan hitam yang dominan. Biasanya hidup berkelompok. Gnu biasanya gampang kembung, seekor gnu mati karena bloar. Ramon, seeekor Gnu kakinya diamputasi karena jatuh dilokasi dan mengakibatkan kakinya patah remuk, sehingga harus di amputasi. Bentuk tubuh ramon sesikit agak aneh. Sejak kecil kakinya lebih panjang pada kaki kanan depan jika dibandingan dengan sebelahnya. Belakangan kakinya diamputasi, bukan karena kepanjangan tapi gara-gara patah remuk. Saat bermain-main dilokasi kakinya patah. Di lokasi exhibit bagian panorama Badak, Zebra, Blu Gnu, bangau tong-tong dan Oryx menjadi satu area. Gajah yang bersafari membawa penumpang juga melewati areal ini.
Mas Tangguh cerita kalo awalnya agak krodit karena gajah ketemu dengan badak, tetapi lama-lama mereka jadi terbiasa. Biasanya masih saling kejar, kadang badak yang ngejar gajah, kadang balik gajah yang agak agresif. Lucu liat tingkah mereka yang aneh. Mengamati hewan di lokasi adalah hal yang menarik, apalagi sambil feeding. Hanya zebra yang bisa diberi makan langsung di lokasi, hal ini perlu dilatih oleh keeper karena pada pengunjung-pengunjung khusus dapat keistiweaan langsung memberi makan zebra dari dalam mobil yang bersafari. Rio, zebra jantan yang lahir di kebun binatang ini adalah yang paiing gampang disentuh dan diberi makan langsung dari tangan.
Saat sore, waktunya memasukkan para hewan kembali ke kandang. Di panorama tidak semua hewan dimasukkan ke kandang saat sore, sebagian dimasukkan pada malam hari. Hal ini karena terdapat jadwal safari malam. Jadi yang masih di luar adalah zebra, dan bangau tong-tong. Giliran pertama adalah Nelson dan Hima. Cukup sulit, karena angin bertiup agak kencang, bukanyya karena badak takut anginnya tapi suara angin sedikit mengganggunya. Pendengaran badak cukup tajam, Sedikit suara akan menggangu proses memasukkan kembali ke kandang. Tapi umumnya memang kesulitan para keeper adalah memasukkan kembali para satwa dari lokasi exhibit ke dalam kandang. Nelson dan Hima pernah ditungguin hingga jam 9 malem baru masuk kandang. Wah… bisa tiap hari lembur Mas Tangguh kalo mereka gam au masuk.
Untuk mencapai parkiran kami biasanya ikut mobil yang biasanya mengangkut karyawan untuk turun, kali ini kami mencoba untuk jalan kaki. Wah, ternyata lumayan juga… lumayan capeknya….
Day 6
Pagi yang cerah untuk kembali ke kandang badak. Tapi tak semudah itu, di panorama hewan dilepas lebih awal, Nelson dan Hima telah ada di luar, kami harus melewati mereka untuk mencapai kandang. Ga mungkin teriak-teriak manggil Mas Tangguh, satunya adalah menunggu sang keeper keluar kandang atau menunggu mereka agak menjauh. Mereka terus ada di sana, makan sambil terus mengawasi kami, beruntung Mas Tangguh akhirnya keluar. Hampir saja diseruduk badak. Senjata ampuh mereka adalah culanya yang menjulang di atas mulut. Berjumlh 2, Cula yang berada di dekat mulut lebih panjang. Harus selalu waspada saat ada di depan maupun di sampingnya. Ada tips dari sang keeper, saat di kejar badak jangan pernah berjalan lurus, mereka biasanya berlari lurus dan agak kesulitan saat akan berbelok (mungkin karena badannya yang besar hihihi…). Jadi larinya harus berbelok… ^^
Bersihin kandang gnu dan zebra, aroma feses herbivore ga sama dengan karnivora. Lebih mending herbivore, tapi kencing zebra baunya lumayan menyengat. Di kandang terdapat garam mineral batangan yang di gantung. Dapat dengan mudah dijilati oleh zebra, baru habis dalam tenggang waktu sekitar 6 bulan. Selain itu terdapat enrichment berupa gantungan pipa yang di lubangi dan dapat diisi dengan pellet. Jika pipa digoyangkan oleh zebra, maka pellet akan jatuh.
Penyiapan pakan dilakukan setelah bersih-bersih kandang, sambil nunggu pakan yang akan di bawa petugas ransum, seluruh hewan hanya diberikan pellet kering. Rata-rata ransumnya sama, rumput gajah yang telah dipotong kecil-kecil, wortel. Untuk badak ada tambahan buah apel, pisang dan pepaya, zebra pakannya mengandung toge, oryx pakannya rumput dan jagung, sedangkan bangau tong-tong atau kami sering meyebutnya bangau professor (kepalanya botak dan bulunya hanya tumbuh bagian batok kepala belakang,,,… persis seorang professor) makanannya special, ikan segar, ikannya yang ukuranya agak besar jarang diberikan, takutnya ga bisa masuk. Beruntung bagi si musang kalo ada ikan besar jadi dia dapet bagian yang ga dimakan si burung professor. Lupa bilang kalo di sini ada musang juga, tapi dia ga punya lokasi exhibit jadi di kandang terus… kasian…
Siang hari stelah makan siang, seperti biasanya harus ngawasi lokasi. Pengamatan di lokasi penting, jadi jika terjadi perkawinan atau apapun tingkah laku hewan yang terjadi harus diperhatikan keeper sebagai bahan laporan. Di lokasi exhibit kadang beberapa hewan agak nakal, mengejar trem yang lewat atau hanya sekedar bermain-main tapi kadang kelewat batas ampe nubruk sana-sini. Bisa sambil ketawa-ketawa melihat tingkah mereka dari atas “pohon pengintai”.
Sebenernya sangat tertarik dengan prilaku oryx, tapi seharian si oryx jantan hanya duduk sendirian di tempat teduh. Hanya Toti yang dikeluarkan, Jacky agak pincang jadi ga dikeluarin ke lokasi exhibit. Tempat yang di tempatinya tak pernah berubah, mungkin oryx sangat nyaman dari ancaman berlindung di sana, jauh dari badak, zebra dan Gnu. Oryx di habitat aslinya hidup berkelompok, di lokasi ia hanya sendiri.
Siang ini, sempet ngobrol juga dengan keeper singa, Mas Heru. Ikut membantu pengamatan di lokasi,karena banyak keeper di kandang badak yang libur. Ternyata tiap rabu dan sabtu para singa puasa, hal ini disesuaikan dengan kebiasaanya di habitat aslinya. Melihara singa menurutnya sama seperti melihara anjing, kalo kita ga waspada kapan aja bisa gigit. Tapi tetep aja serem.
Day 7
Pagi ini gak takut lagi nglewatin Badak, bukan karena uda akrab dgn Badak tapi kali ini kita numpang mobil yang uda biasa lewat depan Badak jadi bisa langsung dianter ampe kandang. Kali ini dapet bagian bersihin kandang Zebra. Zebranya gak sama dengan yang dulu. Zebra ini jenis zebra Camand, tidak seperti Zebra Greevy yang ada di kandang sebelumnya, jenis Camand belang-belangnya gak serapi Grevi. Warna belangnya hitam dan coklat dengan siluet coklat terang pada warna coklatnya. Amel dan Galang, keduanya sudah 2 bulan gak dilepas ke lokasi karena Amel baru sembuh dari lukanya dan Galang agak gak terkontrol kalo di lokasi. Agak susah ngomong sama Bli Angga, orangnya pendiem… Wah2, gawat kalo semua keeper kayak dia. Keringatnya tiba-tiba ngucur, kayak orang mandi…ckckck
Belajar dengan Mas Tangguh tentang kandang jepit, dia leader keepernya disini. Kandang jepit digunakan jika akan dilakukan pengobtan pada zebra atau Gnu. Kandang jepit untuk Badak belum dibuat, biasanya pengambilan sample darah dilakukan di lokasi. Pengambilan sample darah pada badak dilakukan pada telinga. Jika tindakan yang akan di lakukan pada hewan cukup rumit atau kondisi hewan cukup parah maka perlu dilakukan casting atau perobohan, biasanya dibarengi dengan anestesi. Agak sulit melakukan anestesi pada Zebra, meski obat anestesi telah masuk biasnya mereka masih bertahan.
Untuk menggunakan kandang jepit, haruslah tahu kapan pintu bagian belakangnya ditutup. Pertama biarkan dulu zebranya masuk (waktu itu kami memakai Ramdani untuk mencobanya), jangan langsung ditutup. Biarin dulu dia merasa sedikit nyaman, kalo uda pw baru qta tutup. Di bagian kandang jepi juda diiisi papan2 penutup, sebagai tempat lokasi2 yang akan digunakan untuk melakukan tindakan.
Sore ini paling lucu liat Nelson dan Hima, akhirnya bis aliat mereka berkubang. Nelson yang pertama meluaskan areal kubangan dengan culanya. Tadi pagi kami mengisi air di kubangannya, maklum uda lama gak ujan tapi banyak yang menguap airnya tinggal dikit. Bener2 lucu mereka saat guling-guling, apalagi saat keempat kaki Nelson ada di atas kayak adik bayi yang lagi mainan. Pas tubuhnya uda balik dan keempat kakinya udah menyentuh tanah, tiba-tiba… “BruuuuttttTTT…” Nelson kentut, serempak ketawa kami pecah, Nelson emang jahil apalagi pantatnya tepat mengarah ke arah kami. Hima dengan setia menunggu gilirannya untuk berkubang, tapi saat Nelson uda selesai… eh, dia malah pergi. Hima kayaknya gam au jauh2 dari akangnya jadi dia ikut aja nimbrung pergi. Beberapa saat kemudian mereka balik lagi (kami masih ada di pohon tempat pengamatan), sepertinya Hima yang minta balik karena dia belum berkubang. Akhirnya, Nelson kembali melebarkan kubangannya, kali ini mereka berkubang bersama, dan kali ini “Bruuuttt, Bruuuttt…” Nelson kentut lagi. Huahahahaaaa… Tawa meledak lagi diantara kami. Nelson… Nelson…
Gak terlalu sulit memasukkan mereka sore ini, mau nurut… hehehe
Day 8
Hari ini aku kebagian beres-beres kandang Gnu. Kandangnya Remon, seekor Blue Gnu yang kaki kanan depannya diamputasi, tepatnya bagian kuku hingga metacarpal. Dia ditempatkan dikandang pedok sepanjang hari. Saat akan di bersihkan pakannya masih cukup banyak. Tapi fesesnya cukup banyak dan terlihat normal. Bentuk feses Gnu, seperti feses kambing hanya ukurannya sedikit lebih besar dah lebih lembek. Kalo uda dijak-injak mungkin bentukknya hampir sama dengan feses Sapi. Sebelumnya aku diingatkan, Gnu biasanya akan nyerang dengan tanduknya yang agak bengkok ke bagian dalam (kalo di sapi bali sering di sebut silak bajeg). Bentuknya sama untuk semua Gnu, berbeda dengani Sapi Bali banyak tipe bentuk tanduknya.
Setelah di kandang Gnu, bantuin di kandang Oryx. Pakannya juga sisa banyak, tapi yang tersisa umumnya batang dari daun rumput gajah (pakan rumput gajah yang diberikan biasanya telah dipotong dengan mesin beserta batangnya. Tapi jagungnya disikat habis. Makanan Totti dan Jacky hanya rumput gajah dan jagung. Jacky uda cukup tua dan agak pincang sudah tidak dikeluarkan ke lokasi exhibit. Jadi si Totti yang keluar, tapi jika hidup di alam Oryx biasanya hidup berkelompok.
Setelah beres-beres kandang seperti biasa menyiapkan ransum pakannya. Khusus si professor bangau tong-tong tempat pakannya harus dimbil dulu di exhibit. Harus hati-hati, Bangau tong-tong suka ngejar juga, Ica pernah di kejar dan pantatnya disosor sama Tong-tong. Mereka kejar-kejaran di lokasi ampe para turis yang renang juga merhatiin.
Pakannya berupa rumput gajah biasanya dijemur dulu, supaya ga bloat. Pakan mereka datengnya agak siang, jadi tiap pagi biasanya Cuma di kasi pellet dulu. Berlaku untuk semua hewan, tapi untuk di exhibit kru ransum yang lagsung ngasi pakannya.
Setengah harian melakukan pengamatan, Oryx, Toti satutunya hewan yang betah berjam-jam dalam posisi tidur yang sama. Ga capek apa posisinya gitu terus. Nah, yang paling atraktif adalah para Zebra, mungkin karena mereka berkelompok.
Day 9
Tepat hari ini upacara peringatan hari kemerdekaan. Pertama kali berbaris dengan Gajah-gajah yang geje… and I get the freedom too… Bebas untuk jalan-jalan di kawasan kebun binatang, “free acsess” hehehe….
Waktunya jalan-jalan, nonton educational show dan melototin satwa2 dari atas trem. Setelahnya mau nonton theater tapi karna belum waktunya aku dan Ica singgah liat harimau putih dulu.
Harimau putih bukanlah harimau albino. Sebenernya harimau loreng membawa 2 sifat gen, yakni pembawa sifat dengan warna loreng kekuningan dan gen loreng putting. Nah jika 2 ekor induk kawin maka kemungkinan anaknya loreng keemasan dan berwarna loreng putih adalah 3:1. Jadi untuk kemungkinan menghasilkan warna putih cukup kecil.
Pertunjukan di theater paling megah, cerita theaternya tentang Raja Jaya Pangus.
Spectacular performance at the theater, inspired by the historic about legendary story of King Sri Jaya Pangus and his beloved wife Kang Ching Wie. After they married for many years they didntn have a baby. The King travel and find a placeto meditate but Dewi Danu came and interrupted. Wooowww… namanya cowo pst tergoda hehehe… Nonton sendiri kalau pingin tahu kelanjutannya yaaa… hehe…
Ternyata seekor macan tutul (Puspita) ikut show juga, pernah ku temui di kandang belakang theater. Keepernya terlihat ikut main juga. Wah, keeper (Mas Hendrik) juga harus pinter acting, walapun cuma lewat aja hehe…. Tapi agak aneh menjelang pintu terakhir mereka akan meninggalkan panggung Puspita menggigit Mas Hendrik. Terlihat 2 kali. Ku rasa dia hanya bermain-main. Tapi pasti sakit juga, digigit Puspita meski hanya main2…
Sempet main gajah trail juga. Gajahnya Luna, sering ku lihat dia mengantar tamu kalo lagi lewat di panorama (exhibit badak, zebra, Gnu dan Oryx, serta bangau “professor”) semingguan yang lalu. Kini aku yang menaikinya, tapi ada yang nakal mau nyemprot-nyemprot kami dengan air. Seekor gajah lain ada di belakangku nyemprot2 pake air terus. Wah, nakal juga dia nie… Ini satu keahlian mereka, pintar nurutin apa yang diperintahkan sang Keeper. Tapi tetep keeper pake ganco kalo lagi si gajah susah nurutnya. Ganco, alat restrain untuk gajah, terbuat dari kayu dan ujungnya ada besi yang agak runcing. Si gajah di pukul pake itu kalo gak mau nurut. Tapi kalo restrain verbal uda nurut si gajah selamat dari hentakan ganco :p.
Day 10
Hari ini waktunya ke “fres water aquarium” (FWA). Disini ada mbk Hera seorang dokter hewan yang bertanggung jawab atas hidup mati ikan-ikan aquarium ( wah, serem amat nyebutnya hehehe..). Ada 5 orang fishkeeper di sini, Pak Sekar, Pak Nyoman, Pak Ngurah, Bli Jangar dan Wayan. Mudah2an cepet akrab dan diajari banyak hal… ^^
Pagi ini datengnya agak telat, para fishkeeper di FWA uda dateng jam 6.30 pagi buat bersihin aquarium. Setiap hari aquarium dibersihkan dengan membersihkan kaca bagian dalam dan menghilangkan lumut yang menempel pada kayu dalam aquarium. Tumbuhan air yang ada di aquarium juga di pelihara dengan baik, bagian yang layu dicabuti. Gimana caranya mereka bersihin bagian dalam aquarium dengan ukuran sebesar itu??? Wah, ternyata harus nyemplung sambil nyelam dalam aquarium.
Ada beberapa aquarium yang terpakai tapi sebenernya ada banyak, hanya belum digunakan dan tiap hari cemplungin satu persatu, jadi setiap kolam dapat jatah 7 hari sekali. Kaca bagian luar juga dibersihin biar lebih kinclong. Ada 40 spesies ikan air tawar di aquarium. Ada Tinfoil Barb, Redtail catfish, Tiger catfish, Leopard catfish, Doctor fish (kayaknya ikan paling pinter :D), Goby batik (Indonesia banget), Cobalt blu goby, Red dragon goby, Asian arowana, Clown Loach, True rummy nose tetra, Harlequin rasbora, American flagtail, Congo tetra, rainbow goby, Borneo Sucker, Red piranha (primadona aquarium), Speckled peacock bass, African cichids ( ada 4 spesies di sini), Lemon fish, Aligator gar, Giant snake head, Fire eel, Black gosht knife fish, Elephat nose fish, Red Line Torpedo, Arapaima Gigas, Longnose gar, Hiu, Belut listrik, pari (ga tahu jenisnya), wolf fish, Mate fish dan penyu. Masing-masing punya kebiasaan makan dan pakan kesukaan yang berbeda. Arowana pakannya jangkrik dan udang, temenesis sukanya udang, kadang dikasi ikan yang hidup tapi beberapa hari belakangan gak mau makan yang hidup. Arapaima, satu spesies ikan dengan ukuran terbesar di aquarium dan pakanya adalah ikan nila dan terkadang dikasi ikan komet yang hidup. Pakan ikan yang digunakan untuk pakan ikan di aquarium adalah ikan nila segar yang di fillet. Karena di fillet gak ada tulangnya. Kami juga belajar buat nyiapain pakan, tapi ternyata memfillet ikan gak segampang yang diliat. Kadang tulangnya juga ikut atau isi perut ikan banyak yang keluar hahaha,… “Gak cocok jadi ibu rumah tangga, hohoho…”
Hal yang penting diperhatikan dalam pemeliharaan ikan di aquarium adalah, suhu air, pH dan padatan material terlarut dalam air. Faktor tersebut merupakan faktor predisposisis terjadinya penyakit disamping stres. Penyakit yang sering muncul adalah White Spot Disease, satu penyakit jamur pada ikan. Tiap pagi suhu, pH, maupun kandungan zat terlarutnya diukur. Kak Ayu membantu kami untuk belajar mengetahui kualitas air dalam aquarium. Suhu diukur pada bagian dasar, pertengahan dan dekat permukaan. Pengaturan suhu dibantu olen mesin pendingin (Chiller) dan pengaturan material terlarus dalam air dibantu masin filter. Sempet juga nengokin mesin filter di belakan aquarium, tapi arus manjat-manjat dikit karena agak tinggi. Mesin filter terdiri dari 3 kolam. Kolam pertama penampungan air yang berasal dari aquarium kemudian masuk kolam 2 yang berisi bioball dengan filter berupa lapisan lembaran filter terdiri dari batu zeolite yang terletak paling bawah dan diatasnya berisi darcon, dan paling atas filter berupa filter mate, kolam ketiga ada karbonya plus mesin pendinginnya alias Chillernya.
Ikan-ikan di aquarium diberi makan 2 kali sehari,, pkul 10.30 dan 16.00. Primadona di aquarium yang paling menarik perhatian pengunjung adalah Piranha, satu spesies berbahaya yang terdapat di perairan Amazon. Kalo uda waktunya makan, pasti wisatawan pada ngerubutin aquarium sang primadona. Saat pagi makannya cukup lahap, hanya hitungan detik seekor ayam uda abis, tapi saat pemberian pakan sore hari makannya agak lambat. Kata sang keeper karena ia takut, kacanya digetok-getok ama pengunjung dan kerumunan pengunjung yang ramai tambah bikin di takut.. Hahh, Piranha takut??
“Ia, kalo agak sore, pengunjung dapat diliat oleh ikan dengan jelas, mereka jadi takut dan makannya lama. Pasti lucu ya denger Piranha bisa takut?,
“Itu makanya mereka hidup bergerombol”, sahut pak Nyoman.
Setelah makan siang sempet ngobrol dengan mbk Hera, ternyata alumni kampusku juga. Sebelumnya ngobrolin keadaan kampus zaman dulu dan yang sekarang. Hahaha… ternyata mbk Hera orangnya juga juga kocak, tapi akhirnya ngobrolin masalah aquarium juga. Menurutnya, memutuskan untuk membuat aquarium berarti kita membuat ekosistem yang baru menyerupai habitat asli ikannya. Hal yang penting diperhatian adalah suhu, pH, kandungan zat terlarut dan kandungan gasnya baik Co2 maupun Oksigen. Wauww.. very complicated, tapi itu hal yang menarik “membuat ekosistem yang baru”.
Owh, hampir kelewatan, ada 2 spesies perenang tapi ga ditampilkan di hadapan pengunjung. Seekor buaya dan 2 ekor linsang. Kinlin dan Nola adalah 2 linsang yang sangat lucu dan sedikit manja. Linsang dalah seekor mamalia perenang yang hebat. Meeskipun kinlin dan nola satu spesies tapi pakan kesenangannya beda, Linlin lebih suka udang dan gak mau makan ikan, padahal ikannya uda di fillet dan kulitnya juga dihilangin. Beda dengan Linlin, Nola lebih suka makan ikan. Hmm… yummy, ketawa sendiri kalo ngeliat mereka makan apalagi pas make kedua tangan mereka untuk memasukkan makan ke mulutnya. Huaaaa…. Bener-bener jadi gemes. Ada sedikit perbedaan antara saat di satwa dan Di FWA. Kalo di Satwa tiap lihat trem pengantar tamu lewat di lokasi exhibit kami yang mengamati satwa gak bole keliatan tapi kalo di FWA bisa ketemu dan berinteraksi dengan tamu.
Day 11
Dateng pukul 07.00, tapi tetep telat… Huh… para penyelam handal uda pada nyemplung sambil membersihkan kayu-kayu yang sengaja di taruh dalam kolam dan mencabuti tanaman air yang sudah mulai berwarna kecoklatan, jadi pagi ini cuma kebagian bersihin kaca luar. Kolam yang dapat giliran dibersihkan adalah kolam 3, 5. Air kolam dikuras tiap minggu sekitar 10-15 %, tidak boleh mengeluarkan keseluruhan air dalam aquarium karena ini akan mengganggu keadaan ikan, karena semua faktor dapat berubah secara drastis dan ikan akan stres. Untuk kolam yang selesai dikuras biasanya ditambahkan pupuk cair berupa pupuk makro dan pupuku mikro. Ini membantu menjaga pertumbuhan dan keberadaan tanaman air yang ada dalam aquarium. Pak Nyoman, mengajak kami memupuk ke atas aquarium, ya manjat2 lagi gak pa2 lah… ^^.
Sebelum dipupuk, mesin filter dan pompa dimatikan dulu biar pupuknya ga kesedot. Setelah pupuk di tuangkan ke dalam air aquarium mesinnya juga ga bole langsung di hidupkan, harus ditunggu 30 menit atau sekitar sejam mesin bisa dihidupkan lagi. Kasi waktu biar tanamannya bisa “makan” juga ^^.
Seperti biasa sebelum feeding time, pakannya arus uda siap. Mulai nangkap ikan, dan udang, kemudian difillet dan mencincang udang yang sebelumnya arus dibersihkan. Cacing beku juga mulai dicairkan. Setelah semuanya siap waktunya mereka makan. Tetap saja Piranha jadi aquarium yang ramai dikerubuti pengunjung. Kali ini dapet kesempatan untuk memberi makan si lemon fish secara langsung. Tempat pakannya terbuat dari batok kalapa yang di lubangi agar pakanny bisa keluar saat ikan menyentuhnya. Lemon fish pakannya cacing beku yakni cacing darah. Agak naik dikit, batok kelapanya ada talinya kemudian dikaitkan di tempat yang sudah disediakan.
Setelah memberikan pakan mbk Hera sempat menjelaskan cara bedain ikan jantan dan betinanya. Untuk Arowana, biasanya betinanya lebih besar dari yang jantan. Cara lain untuk mengetahuinya adalah dengan mengurut ikannya yakni dari bagian belakang operculum hingga vent anal. Jika keluar cairan berwarna bening berarti ikannya jantan tapi kalo gak ikannya betina.
“Ini harus dilakukan oleh orang yang memang ahli, karena kalo ga ikannya bisa mati”, ujarnya.
Wah, Ica kemana? Gak kliatan dia…
Oh ya, untuk aquarium Arowana ditambahkan 5 ppm karbondioksida, tapi belum diberlakukan untuk kolam yang lain. Kalo hasilnya bagus kemungkinan diaplikasikan untuk seluruh kolam, Pak Nyoman memberitahuku.
Paling asik juga waktu ngasi makan linsang. Mereka benar-benar lucu.
Abis ngasi makan Si Linsang aku melototin sang buaya ampe sekitar 45 menit, ternyata posisinya ga berubah-berubah. Buaya tidak termasuk makhluk yang aktif bergerak. Kuat amat nongrong dengan pose gtu terus. Pulang time hehehe….
Day 12
Kali ini datengnya 7.30, ternyata bersih-bersih aquarium uda beres. Jadi nongkrong di belakang sambil bersihin tempat pakan lemon fish. Lubang-lubang tempat pakannya sudah terlihat agak tertutup oleh sisa-sisa pakan dan bagian dalamnya juga terisi beberapa potong plastic bekas pembungkus pakannya (pembungkus cacing bekunya).Tempat pakannya terbuat dari batok kelapa yang ukurannya kecil dan dibuatkan lubang-lubang kecil pada bagian sisi tengahnya. Ini merupakan satu enrichment untuk ikan di dalam aquarium. Dalam batok kelapa biasanya dimasukkan cacing darah, kalo uda ditaro di aquarium lemon fish akan mengerubutinya. Bener-bener keren tampilan ikannya kalo lagi ngerumuni batok kelapanya.
“Beautiful”… kata yang sering terlontar dari para wisatawan yang berkunjung. Emang para keeper pada jago bikin enrichment. Biasanya cacing bekunya dicairkan dulu dengan cara merendamnya dengan air selama beberapa menit.
Ada kejadian yang agak lucu. Di lobi ada 2 aquarium, satu terisi Tinfoil dan kolam k2dua berisi 3 ikan jenis Catfish. Datang seorang Guide dengan beberapa tamunya.
“This is the arowana…” kata seorang Guide
“Wauww, so big…” sahut tamunya.
Ya ampun bapak guide asal aja bilang kalo itu arowana, untung aja sang tamu gak masuk ke dalam. Kalau masuk ke dalam bisa malu toe bapak.
“Bah, guide sing nawang ape…” Seorang wanita yang sepertinya tahu ikan arowana sedikit menyeletuk, hahaha… Aquarium ikan arowana sebenernya ada tapi letaknya agak masuk ke dalam. Sebelum aquarium tutup biasanya pada bagian atas aquarium di tutup dengan penutup. Ini untuk mencegah ada ikan yang loncat pada malam hari. Pernah terjadi akannya loncat, kata Pak Nyoman ada 2 ekor piranha pernah locat ke aquarium ikan temensis, kedua piranha akhirnya mati tapi bukan karena dimakan oleh temensis yang ukurannya lebih besar tapi karena stress di kejar oleh temensis.
“Sepertinya mati karena ketakutan dan stress”. cerita Pak Nyoman.
Ikan yang agak jarang keliatan adalah Fire eel dan Black ghost knife, mereka bersembunyi diantara tanaman dan relief kayu. Biasanya jika sudah agak sore merka bisa terlihat. Ternyata merea gak suka nampang di depan tamu.
Saat akan mempersiapkan pakan sore harinya, aku dan Ica ditantang untuk lomba buka cacing beku dari kemasannya oleh Bli Jangar. Sehari sebelumnya kami kalah, tapi kali iini gak bakal kalah lagi. Aku uda tahu biar cepet bukanya hihihi… Biasanya yang dibuka adalah 25 kemasan, jadi dibagi 2. Bli Jangar 13 kemasan, aku dan Ica 12 kemasan, maklum senior lawan junior jadi jumlahnya gak diseimbangin. Taruhannya minuman fruitea hehehe… Karena uda tahu triknya tentu saja kami menang wkwkwkwk… Dua fruitea untuk kami dan satu lagi untuk kak ayu, kebetulan mbk Hera lagi off. Yah… tapi curang, fruiteanya dijanjikan hari terakhir kami di FWA. Hehh,,, harus nunggu hari Senin dunk....
Day 13
Berrrrrr….RRRRRRRRRRRR!!!!!!!!!1
Pagi2 uda nyemplung di aquarium. Rada takut kalo tiba2 aquariumnya meledak, tapi ternyata ga hohoho… Coba dari hari pertama bisa nyemplung pasti lebih seru. Bersihin kaca aquarium bagian dalam. Sedangkan untuk kolam yang lataknya agak di depan jarang kena sinar matahari jadi kayunya gak terlalu banyak ditumbuhi lumut. Nah, kami ditawari buat bersihin aquarium piranha… Haah… aquarium piranha juga dibersihin?? Benar saja, sisa tulang-tulang ayam yang berkumpul di dasar arus diambil satu persatu. Oh, tidakkk… biarin deh sang ahli yang melakukannya, Wayan.
“Asal jangan sampe nyentuh mereka aja biar gak luka”, Bli Jangar menjelaskan.
Ini pertamakali nyelam setelah beberapa tahun hehehe... Wayan baru keren tanpa kaca mata, matanya tetap terbuka hehe...
Sesudah bersihin bagian dalamnya, waktunya bersihin kaca bagian luarny. Dingin bagetttt, kami harus mandi dulu dan ganti baju… Sempat diajak ke sumur tempat sumber air untuk aquarium. Jaraknya agak jauh dari FWA. Ukuran penampung airnya gede baget. Semua aquarium sumber airnya di sini. Wayan nelpon dan lapor kalo air di aquarium piranha udah penuh. Mesinnya tinggal dimatikan saja. Kolam piranha ga ada tanamannya jadi gak diisi pupuk meski sudah selesai di kuras. Komal di depan lobi juga gak ada tanamannya.
Akhirnya aku makin mahir memfillet ikan hehehe… tapi bukan berarti uda cocok jadi ibu rumah tangga wkwkwk… Tapi Ica sepertinya sudah siap jadi penjual ikan di pasa hahahaha....
Ayam untuk piranha perlu direndan juga bentar, karena di simpan di freezer jadi agak beku. Setelah lembekan dikit dihilangkan bagian kulitnya. Makanan buat para linsang juga disiapkan. Mereka mkannya yang frekuensinya paling banyak. Pukul 10.30, 14.00 dan 17.00. Akhirnya kami punya ide biar Kinlin mau makan ikan. Pertama udangnya disembunyiin dulu, ikannya yang dikasi duluan. Kalo dia udah nyium bau udang duluan pasti gak mau makan ikan. Beda dengan Nola, dia mau makan apapun. Tapi pas paginya saat udah dipotongin belut Nola gak mau makan belut.
Saat pulang kami hanya berdua, para “ibu” yang biasanya ikut naik trum bareng (mbk Uun, mbk Hera dan Kak Ayu) pada lagi berias untuk kondangan hehehe… Yang punya kebun binatang lagi resepsi pernikahan hari ini. Kirain bakal berdua di trem tapi dateng 5 orang wisatawan asing, 2 orang tua dengan 2 anak lelakinya dan seorang anaknya perempuan. Yah akhirnya turun…
“Thank you for the save, Sir”, seorang anak lelaki yang tubuhnya agak kecilan mengetuk kaca bagian depan trem saat dia hendak turun. Seketika aku menoleh padanya. Sang ayah mengacungkan jempolnya pada sang sopir, dan pak sopir membalasnya dengan senyuman ramah.
Wauww, belum pernah kulihat seorang anak kecil mengucapakan hal serupa. Orang dewasa pun jarang ada yang mengucapkan hal yang sama. Tapi anak itu benar-benar membuatku kagum padanya, terutama pada orang tua yang telah memberikannya pengetahuan tentang kesopanan. Iya, hanya beberapa orang mengucapkan “ terimakasih”atas apa yang orang lain lakukan untuk mereka.
Day 14
First day at “Rumkit”…
Pagi-pagi tapi para bapak dan ibu dokter belum pada dateng. Akhirnya keliling di sekitar Rumkit. Tiba-tiba Pak Mardian dateng sambil bawa pasukan alias para keeper yang bertugas di panggung hanoman. Ternyata para artis panggung (binturong, marmot, orang utan, anjing, kucing) ngungsi dari kemarin malem karena pak Bos ngadain resepsi nikahnya. Sambil nunggu kunci biar bisa masuk sempet masuk ke bagian nutrisi, banyak ada berbagai macam dan buah, Weits… ada beras merah juga, beras merah diberika untuk bangsa burung tapi juga kadang diberikan untuk anak gajah, tentu harus di masak dlu sampai jadi nasi.
Akhinya dateng juga, dan kami diajak untuk meriksa gajah dan komodo. Si gajah Tini lagi diare, kemungkinan ada cacing atau protozoa tapi untung masih mau makan. Setelah dari gajah, jalan-jalan ke komodo untuk nengokin telur dan induk2nya. Jalan menuju ke komodo ditutup untuk pengnjung, ini untuk menjaga agar pengunjuk tidak mrnggangu sang betina dan jantannya.
Pak Ari juga ngajak untuk ngobati orang utan, unta dan kuda poni. Si iluh (orang utan) kata keepernya muntah-muntah. Kami langsung meluncur menuju kandangnya. Terlihat sedikit pucat, Pak ari langsung memeriksa tingkat dehidrasinya dengan menekan bagian gusinya, CRT cukup bagus. Pemeriksaan selanjutnya pada kelenjar limfonodus, ternyata tidak ada yang bengkak artinya tidak ada infeksi serta suhu badanya juga tidak panas tetapi agak dingin. Perut iluh agak kembung, kemungkinan Iluh masuk angin dan kedinginan karena tadi malem ia dan teman2nya pada ngungsi ke kandang yang di Rumkit. Dia diterapi dengan diberikan obat penrun asam lambung dan bagian perut, punggung, tangan dan kaki diolesi minyak kayu putih karena agak dingin. Agak sulit menyuruhnya makan, tapi sang pengasuh tahu cara ampuh agar dia mau makan. Pisangnya dikikir dengan sendok sehingga lebih halus,,, Waah, ternyata Iluh manja juga. Orang utan yang umurnya sekitar 3 tahun ini biasanya digunakan untuk foto-foto dengan pengunjung.
Setelah dari kandang si Iluh kami ke kandang Unta. Si Unta mengalami dermatitis. Kandang jepitnya agak sulit digunakan dan gak mudah untuk aplikasi obat berupa suntikan pada Unta. Pak Ari menggunakan blow up untuk menyuntiknya. Yang digunakan adalah pipa dengan panjang sekitar 1 meter, dan spuit blow yang merupakan hasil modifikasi tim medis veteriner Kebun binatang (hand made hehehe…). Tapi tetep bahannya dari tabung spuit 5ml yang biasa digunakan untuk menyuntik. Modifikasinya adalah dengan menggabungkan 2 tabung spuitnya. Satu tabung akan diisi obat dan tabung yang lain akan dipompakan udara. Untuk jarumnya memang sudah tersedia jarun untuk blow up dengan 2 lubang di bagian 2 sisi jarum yang terletak di bawah ujungnya yang lancip. Nah, tidak seperti kebanyakan jarum spuit, jarum untuk blow up ujungnya tidak memiliki lubang karena lubanynya sudah dibuat pada bagian 2 sisinya. Saat akan diaplikasikan 2 lubang tadi ditutup, ini agar udara yang akan dipompakan ke dalam tabun spuit ga langsung menekan obat yang telah di masukkan ke dalam spuit.
Setelah obat dimasukkan ke dalam spuit, tabung yang satunya langsung dipompa. Pasang jarumnya dan selanjutnya masukkan tabung yang sudah siap ke dalam pipa. Blow up siap dilakukan.
“Fuuh….”, Yang di bidik adalah bagian kaki depannya. Sasaran tepat, wah kalo aq yang ngeblow mungkin gak nyampe kaki depan malah liurnya yang dluan muncrat hohoho…
Yang dikasi adalah anti alergi kandungannya dexamethasone, selanjutnya bagian punggungnya diobati juga dengan spray limoxin. Habis Unta lanjut lagi ke kuda poni, jahitan Covalina yang hampir 2 minggu belum dibuka.
Ketika ampe di kandang si cantik Covalina uda diikat. Jahitannya digunting, darahnya keluar lagi. Setelah jahitannya dibuka disemprot sedikit dengan betadine. Dan beres deh… Sebelum lanjut lagi, maem dulu… sepertinya siang uda lewat, sudah agak sore. Gak terasa kalo uda seru ikut jalan-jalan ke kandang.
Setelah makan bantuin ibu Dayu pemeriksaan feses, pemeriksaannya rutin tiap bulan. Tapi ternyata sudah selesai, tapi karena ibu dayu janji kalo ada yang positif kami akan di kasi liat. Ternyata ada 2 monyet yang positif ada telur cacing Ascaris, Nami dan Cleo.
Gambar di atad adalah telur casing ascaris yang di dalamnya ada larvanya. Kalo liat di mikroskop dya gerak-gerak lho.
Selanjutnya meriksa sampel feses Tini yang baru di ambil pak Kadek. Pada pemeriksaan natif terlihat bentukkan ookista, tapi hanya satu. Pada pemeriksaan apung hasilnya nihil.
Karena gak ada hal yang harus dikerjakan lagi akhirnya baca2 buku yang ada hubungnnya dengan pengobatan “wild animal”, weisss… sok rajin ceritanya, bukunya berenglish semua ^^.
Bolak balik baca ada satu artikel yang bikin tertarik, masalah photopia pada hewan nocturnal yang biasanya terjadi di kebun binatang. Pada umumnya zoo memang buka pada pagi sampai sore hari, gak jarang juga beberapa zoo ada koleksi binatang nokturnalnya. Tapir, merupakan satu binatang nocturnal yang sering bola matanya keruh karena photopobia. Wah, jadi inget si Kinlin, linsang yang ada di FWA. Bola mata Kinlin agak keruh. Tapi tunggu dulu… Apa linsang binatang nocturnal?? Apa mungkin Linlin juga photophobia??
Setelah ditanyain ke mbk Hera, Kinlin emang sedikit beda, teman-temannya yang lain ditaruh di Jungle Cruise dan tempatnya juga terbuka tapi bola matanya ga keruh kayak dia. Jadi memang bukan karena photopobia.
Pas perjalanan pulang, ketemu sama keeper yang di kandang orang Utan, mbok Kadek.
“Tadi Iluh uda mau makan qo..”
“Masih dikikir atau utuh, mbok”, tanyaku
“Mau qo dia yang utuh makan sendiri”, sahutnya sambil tersenyum. Senang mendengarnya.
Day 15
Sebenernya mau dateng agak siang karena Pak Kadek nyuruh datengnya jangan terlalu pagi, tapi berhubung sepatu bootsnya masih di FWA jadi harus ke FWA dulu. Dan kebetulan hari ini lagi bersihin aquarium yang paling besar. Wah, jadi pingin ikut nyemplung lagi. Karena males nyari shuttle bus ke bawah lagi, jadi ke Rumkit arus jalan kaki. Lumayan olah raga pagi-pagi, tapi badan uda agak lemes karena semaleman begadang bulak-balik kamar kecil karena diare . Mudah-mudahan hari ini berjalan dengan lancer, harapku. Kami melewati jalan-jalan kecil yang agak bersemak agar lebih cepat sampai di Rumkit, tantangan terakhir mencapai Rumkit adalah kawanan burung Unta. Udah bener-bener kayak di hutan. Ternyata Tuhan masih sayang padaku, para burung besar itu agak jauh, tapi biasanya mereka nongkrong di pintu masuk Rumkit (depan pintu masuk ada kawat listrik, hewan yang di lokasi exhibit tidak akan melewati kawat listrik). Pelan-pelan kami melewati jalan setapak, tapi seekor burung unta mulai memperhatikan. Ooo… sepertinya dia mulai akan mengejar. Burung unta mampu berlari hingga 12 mil perjam. Jaraknya hanya sekitar 10 m dari kami. Ica segera berlari karena takut dikejar, aku pun sedikit mempercepat langkah. Paling buruk nasibku diseruduk dan diinjak-injak hohoho… Beruntung sebuah mobil lewat dan mengalihkan perhatiannya dari kami yang sedang berusaha mencapai kawat. Akhirnya sampai di zona aman. Pagi-pagi udah senam jantung, tapi tiap hal yang kulakukan di sini tak akan terlupakan dengan mudah.
“Cepet-cepet…!!!” Pak Kadek tiba-tiba muncul dari pintu samping langsung mengambil alat blow up dan senapan. Aku dan Ica yang sedang asikmelihat-lihat buku jadi kaget. Kami membantu membawa kotak obat dan peralatan lainnya. Ada apa ya? Kami hanya mengikuti naik ke mobil tanpa berani bertanya. Mobilnya melaju kencang melewati exhibit orang utan. Mulai menebak-nebak kalo terjadi sesuatu di kandang makhluk yang 96 % DNA kromosumnya sama dengan manusia.
“Udah ketangkep Si Citra?”
Wah, ternyata ada orang utan yang lepas. Sang keeper hanya menggelengkan kepalanya. Akhirnya kami merayu Citra agar mau turun dari pohon bamboo. Kami merayunya berjam-jam, tapi kalo dia gak mau turun terpaksa dia di “dor” pake obat bius. Tapi kami terus berusaha merayunya, Citra juga sedang bunting. Aku, Ica, pak Ari, pak Kadek, ibu Dayu dengan sabar juga ikut merayunya dengan membawa pisang, jajan dan Scout (sirup kesukaannya). Bahkan pak Kadek makan nasi bekalnya di bawah pohon bamboo agar Citra tertarik dan mau turun. Tapi sama sekali gak ngaruh. Pak Ari merayu Citra sambil sesekali mengancungkan pisang,.. Eh, ujung-ujungnya malah bapaknya yang makan pisangnya ampe dua buah.
“Maksudnya biar dia ngiler, tapi karna saya laper juga”, ujar Pak Ari. Wahhh… Gubrakkkk…
“Citra…Citra… Turun dong”
“Cit, sini… makan bareng”
“Enak lho pisangnya, nasinya juga”
“Ayo, Cit… turun”
Haaa…. Uda seribu jurus rayuan Citra gak kunjung mau turun. Hingga siang hari ahirnya Citra mau turun dan kembali ke kandang di atas gendongan Mas Ryan. Mas Ryan adalah keeper yang ngurus Citra waktu dia masih digunakan untuk show. Fuhh,… akhirnya mau turun juga. Di Kandang ada juga Owa Jawa, dan beberapa orang utan yang berukuran besar. Sepertinya 5-10 kali lipat ukuran orang dewasa. Tenaga mereka juga sangat besar melihat mereka membuka dan menutup pintu kandang yang menghubungkan dengan kandang exhibit, benar-benar orang utan yang kuat.
Sesusai makan siang kami melakukan pemerisaan feses (Gnu, Oryx, Zebra dan badak). Semuanya negative samapai 2 preparat terakhir terlihat ada yang bergerak-gerak dalam bulatan. Ternyata telur strongylus. Feses Jacky (oryx) ada telur cacingnya. Agak sorean aku ke kandang di Rumkit, kata mbk Uun (seorang dokter hewan di Kebun Binatang) ada seekor anjing poodel (Veni), yang akan segera melahirkan. Disuruh untuk ngajak main biar gak stress karena sebelumnya karena stress Veni memakan 2 ekor anaknya dan memuntahkannya. Veni ternyata sangat penurut, karena ia anjing show jadi cukup pintar dan penurut.
Day 16
Baru ampe Rumkit agak sepi, akhirnya bulak-balik ngelilingi kandang burung Jalak Bali. Semuanya ada 12 ekor, menurut mbk dewiq (bagian nurse) dulu burungnya pernah beranak tapi untuk sekarang agak susah. Ada Mirket juga, makhluk yang biasa ada di gurun ini agak malu-malu. Tiba-tiba Ibu Dayu dateng dan ngajakin meriksa feses Cheetah. Baru pegang plastiknya aja uda tahu ada cacingnya. Secara kasat mata seperti golongan Nematoda, bentuknya seperti gelang dan ukurannya kecil. Benar saja setelah fesesnya diperiksa di bawah mikroskop terlihat telur cacing toxocara. Tidak salah lagi Nematoda, golongan Ascaridia, toxocara.
Untuk ngilangin ngantuk karena gak ada yang harus dilakukan akhirnya baca-baca buku yang ada. Majalah National geographic tahun 2007, covernya bergambar anak Macaca rhesus dan tulisan di bawahnya “Sentuhan Mematikan” Zoonosis. Dari covernya cukup menarik untuk dibaca. Isinya sangat menarik, mengenai perkembangan penyakit zoonosis dari tahun- ke tahun terutama yang di sebabkan oleh hubungan kontak yang dilakukan oleh manusia dengan satwa liar. Artikel yang palinng menarik adalah kejadian Ebola yang mewabah di Rwanda, Afrika. Hal ini karena warga di sana memiliki kebiasaan untuk memakan daging monyet.
Gambar di atas tak ambil dari majalahnya, miris liatny. Makan daging adalah satu cara yang utama untuk memenuhi kebutuhan protein di negara yang penduduknya setiap tahun mati karena kelaparan. Mayibout merupakan daerah di Rwanda yang masih menjalankan tradisi ini. Gilaa….
Sehabis makan siang, pak Ari ngajak untuk nengok Mely, harimau betina yang sudah lama sakit. Sebelumnya sudah pernah ikut dengan pak Kadek untuk menginfusnya. Sudah hampir 3 minggu makannya agak males. Sesampai disana Mely diinfus, subcutan dengan LR. Subcutan dibagian punggunya Kondisinya terlihat agak lemah jadi dibrikan injeksi bagian lengan depannya (IM). Karena makannya susah, Mely harus disuapin. Weitsss…. Sapa mau nyuapin?? Nyuapinya pake kayu, daging ditusuk di kayu dan di dekatkan di mulutnya. Mely mau memakannya 5 potong sampai akhirnya aku mencoba untuk melakukannya. Eh, malah Cuma dijilat doank,.. Memang harus diserahkan kepada sang keeper…
Bun2, seekor binturong di bawa ke Rumkit, kata pak Ari mau di USG. Mbk Uun ternyata udah mulai mengerjakannya. Tapi agak susah karena dia dengan badan besarnya gak bisa diem. Setelah bersusah payah dan terkena cakaran-cakarannya akhirnya berhasil. Ada 2 bentukan bayi yang dapat ditemukan. Owhhh… senangnya melihat Bun2 dgn kebuntinganya. Setelah Bun2 kini giliran Fenny, air susunya uda keluar tapi sang anak gak kunjung keluar. Hasil USG menunjukkan anaknya sekitar 3 ekor, Semoga kelak lahir sehat.
“Anaknya yang dulu dimakan ama dia, kayak si Bun2 jg… Agak susah kalo udah stress. Mudah2han sekarang selamat”, kata mbk Uun.
“Amin…”, jawabku.
Karena Fenny kotor banget jadi daripada bengongng, aku Ica dan Mbk Uun membersihkannya. Dari mule bersihin telinga sampai bersihin matanya. Dia diem saat diobatin, tapi kaki belakangnya gak henti-hentinya mengaru2k bagian telinganya. Setelah bersihin Fenny kami dapet job lagi bersihin luka Mas Hendric. Oh, ya.. waktu aku nonton theater pas 17 Agustus lalu ternyata Puspita sang Macan tutul gak Cuma main2 tapi benar2 mengigit Mas Hendrik. Ada 2 lokasi luka jahitan yang lumayan parah. Memang macan tutul agak sulit ditebak prilakunya.
Kami pulang jg,bbbbbb…
Day 17
Wah, ini seperti membuat episode-episode terakhir dalam cerita 3 minggu :p… Pagi-pagi belum ada kerjaan, jalan-jalan keliling kandang adalah pilihannya. Pertama nengok para merpati putih, sepertinya lagi pada bersihin bulu dengan ludahnya. Burung menghabiskan 9% waktunya perhari untuk bersolek (baru dibaca di majalah National Geografic kemarin hihi…). Lanjut ke kandang Meerkat, kali ini dia menunjukkan diri, kemarin cuma sempet liat kepalanya doank. Suaranya kadang ku dengan kayak anak anjing kadang kayak kucing. Nah, berikutnya kandang jalak bali. Lantainya masih basah, makanannya sudah pada di gantung di kayu-kayu tenggeran yang sengaja dipasang. Pisang, papaya menghiasi kandangnya yang ukurannya cukup besar. Pakan lain yang biasa diberikan adalah jangkrik dan ulat. Giliran Fenny yang harus ditengok. Baru buka kandangnya aja dia uda langsung dongak-dongak minta diajak main. Cuma sempet ngajak main bentar sampai akhirnya agak gerimis. Fenny terpaksa kembali ke kandang. Pasien terakhir yang harus dikunjungi adalah Grace. Miris kalo harus liat Grace yang mau berjalan aja harus tertatih, apalagi saat-saatmau lompat-lompat tapi ya gak bisa. Bisa dibayangkan maca
Sempet baca-baca tentang satwa liar sampai akhirnya pak Ari dateng diminta tolong untuk bersihin kotak obat dan beberapa spuit buatan yang biasa digunakan untuk nge”blow” hewannya. Keliatannya gampang tapi agak susah untuk memompa atau membiarkannya bagian dalam spuit tidak terisi gas.
Tini, seekor gajah yang sempet di terapi 2 hari yang lalu, perutnya kembung. Kami dateng dengan beberapa pisang dan obat dimasukkan ke dalam pisang.
Dari pagi pak Kadek bilang akan menerapi Grace dengan infra red tapi ampe sore ga jadi. Setelah dari kandang gajah akhirnya jadi juga nerapi Grace. Aku menuju kandangnya, “Grace lumayan berat”, ujar mbk Dewiq. Bisa dibilang mbk dewiq adalah ibu pengganti dari Grace. Untuk semua hewan yang gak anaknya gak mau diasuh maka mbk dewiqlah yang jadi malaikan penjaga anak-anak terlantar hehe… Meski agak berat ga apalah, kapan lagi aku bisa menggendong macan tutul. Mudah2an dia ga nakal. Aku meraihnya dari kandang dan menggendongnya menuju ruang terapi. Serasa menggendong adik bayi yang tak berdaya. Dia hanya sedikit bergerak-gerak. Rambutnya agak kasar benar-benar terasa di tangan dan leherku. Tapi tubuhnya benar-benar hangat. Terapinya agak lama sekitar 30 menitan… Emang susah megang macan tutul biar mau diem, tapi setelah berjalan beberapa menit akhirnya Grace mau diem. Cahaya lampu yang merah mungkin sedikit membuatnya tidak nyaman. Terapi ini lebih bertujuan untuk terapi otot-ototnya.
Day 18
Wah, its last day here…
Sebenernya kalo bisa masih pingin di sini lama-lama. Tapi walaupun begitu ini 3 minggu yang benar-benar luar biasa dan berkesan. Pagi benar sudah di Rumkit, harus nyapa Grace dulu…
“Grace… Grace… Grace…”
Dia hanya menggeliat, ku kira sekali terapi bisa ada perubahan, tapi Grace masih menyeret bagian kaki belakangnya. Seharusnya seumuran dia macan tutul uda bisa lompat-lompat jauh. Selanjutnya harus liat Fenny, jangan-jangan uda beranak. Hanya baru beberapa langkah mendekati kandang Fenny uda ngintip, anaknya masih kuat di dalam perut Fenny. Bapak angkat Fenny lagi keluar, hehe maksudnya Mas Ipank, dia keeper di Rumkit dan belum sempat nyiapin makanan, jadi ku siapkan saja. Nasi beras merah dan daging ayam yang sudah direbus. Yummy, asik kalo aku buat sarapan. Tapi fenny benar-benar gak tertarik. Cara terakhir adalah menyuapinya, Fenny agak curangdisuapin nasi dan ayamnya malah yang diambil hanya daging ayamnya aja.
Waktunya negok gajah, Tini masih sakit. Dengan pak Kadek harus nengokin dia. Karena kotorannya agak bau maka Tini dikasi antibiotik. Obatnya hanya tinggal masukkin ke dalam pisang. Arus agak dalam biar bau obatnya gak kecium. Uda kayak nyimpen harta karun dalam pisa hehe..
Perjalanan selanjutnya menuju kandang harimau Sumatra. Melly masih tetep susah makannya. Harus di infus lagi. Infusnya subcutan.
“Ari mau nyuntik?”, pak Kadek Bertanya.
Wah, asikkk… dapat nyuntik si Melly. Injeksi neurotropin 3 ml. Opsss… jarumnya bengkok karena Melly gerak, tapi masih bisa diluruskan lagi. Dan obatnya berhasil masuk. Pengalaman pertama bisa nyuntik harimau. Ketika dicek tingkat dehidrasinya dengan mengangkat sedikit kulitnya, Melly agak dehidrasi, karena paginya dia sempet muntah-muntah, infusnya ditambah satu botol lagi. Melly juga harus diinjeksi lagi, kini giliran Ica. Wah, Ica juga menikmati pengalaman pertamanya bisa menginjeksi harimau Sumatra. Satu harimau yang benar-benar bikin aku tertarik di kandang itu adalah Gandi, harimau putih yang uurannya benar-benar besar. Benar-benar lucu kayak boneka, tapi bukan boneka lagi ketika dia mulai aktif bergerak saat didekati.
Balik ke base camp, Rumkit. Akhh… makan siang dulu…
Kegiatan berikutnya terapi infra red untuk Grace. Pingin banget liat Grace bisa lompat-lompat. Ku buka kandangnya, ku raih tubuhnya yang terkulai. Ga ada perasaan deg2an lagi seperti waktu pertama kali menggendongnya. Jarak kandang ke tempat terapinya mungkin akan terasa jauh jika Grace disuruh untuk berjalan. Terkadang dia berusaha melompat-lompat saat dikeluarkan dari kandang, Tapi Grace harus ku gendong lagi. Ini terakhir kali ku gendong anak macan tutul ini. Pasti akan sangat merindukannya. Grace….
Kemarin pada bagian awal dia agak gelisah saat diterapi tapi sepertinya ia menikmatinya karena suhunya agak hangat. Kali ini Grace juga menikmatinya. Grace harus tetap dipegang dan dielus-elus biar diem. Mbk dewiq dateng, dia pun tahu. Mbk dewiq memang seperti ibu ke duanya di Rumkit setelah ibunya gak mau ngasuh. Macan tutul gak sama kayak harimau. Jika dibandingkan menurut pak Kadek macan tutul lebih susah ditebak prilakunya, kadang bisa menyerang tiba-tiba, jadi harus selalu waspada.
Sebelum pulang kami membantu mas Hendrik membersihkan lukanya yang 10 hari lalu digigit Puspita (macan tutul betina), ini bukti kalo macan tutul susah diprediksi tingkah lakunya. Awalnya mau diajak untuk main tapi kalo udah error gak ada yang tahu apa yang bisa dilakukan.
Sepertinya gak ada cerita untuk Day 19 hehehe… Perpisahan kami hanya foto-foto bersama dengan anggota kru di Rumkit. Sayang beberapa sudah pulang dan gak sempet pamitan dengan yang lain. Tiga minggu yang gak bakal terlupakan. Tiap hari yang penuh dengan kehidupan liar dan penuh pengetahuan. Rasanya berat kalo disudahi, pasti bakal ngangenin.
Semuanya sudah seperti keluarga, semuanya selalu siap menjawab setiap pertanyaan yang kuajukan, selalu tersenyum saat kami berpapasan, mereka mengajariku semua yang mereka tahu. Pagi-pagi naik shuttle bus untuk naik ke lokasi, turunnya pake pick up, kdang pke trem, kadang ikut mobil pak Kadek, keliling kandang, dan menyentuh mereka. Wahhhh…. Benar-benar akan sangat merindukannya,… Walaupun hanya 3 minggu setidaknya jadi tahu banyak hal yang belum diketahui sebelumnya. Pinginnya bisa lama biar tahu lebih banyak lagi hehehe… Salam lestari… ^^