Sabtu, 14 Agustus 2010
Field Trip Primata, Monkey Forest
The Sacred Monkey Forest of Padangtegal located at Ubud, Gianyar, Bali. In the forest we can find much monkey at the last count there are approximately 340. Pura Dalem and Prajapati (Hindu’s temple) which used when cremation ceremony. The monkeys within the Sacred Monkey Forest of Padangtegal are commonly called long-tailed macaques. Their scientific name is Macaca fascicuiaris. On Bali, there are Balinese long-tailed macaque troops (populations) that live in areas where they have little to no contact with humans and troops that come into contact with humans on a regular basis. However, despite the fact that many species of macaques thrive in areas that are heavily utilized by humans, there is evidence that the viability of Balinese long-tailed macaques (the ability of macaques to continue to thrive) may be dependent upon the conservation of Bali's forested areas.
Throughout Bali, Balinese long-tailed macaques tend to stay within forested areas. However, Balinese long-tailed macaques, including those within the Sacred Monkey Forest of Padangtegal, occasionally wander into rice fields or even village areas that are adjacent to the forest. Outside of forested areas, monkeys can become pests and the Balinese tend to apply whatever means necessary to protect their crops and other property. The Sacred Monkey Forest's long-tailed macaques are the subject of an ongoing resarch project that is being conducted by the Balinese Macaque Project. The Balinese Macaque Project involves researchers from the United States, Guam, and the University of Udayana (Bali, Indonesia). To date, the Balinese Macaque Project has conducted research to determine the mating strategies, migration and range patterns, dominance ralationships, and habitat use of Balinese long-tailed macaques. The Balinese Macaque Project hopes that such research will facilitate the development of conservation strategies for Balinese long-tailed macaques and sites like the Sacred Monkey Forest of Padangtegal.
Adult male and female Balinese long-tailed macaques have distinguishable physical characteristics. Males tend to be larger then females. Male Balinese long-tailed macaqes can weigh up to 10 kilograms (approximately 18 pounds). Males, in comparison to females, have broader shoulders and larger canine teeth. In addition, females have facial hair that resembles a 'bear' whereas males have more pronounced 'mustaches'.
Compared with adult males, sub-adult males have smaller bodies, smaller canine teeth, shorter back/shoulder hair and narrower shoulders. Compared with adult females, sub-adult females typically have shorter nipples. This is because female macaques do not reach adult status until after they have given birth.
Young macaques that are between the age of 0-6 months old and have predominantly black hair color are called 'Infant 1'. Young macaques that are between the age of 6-12 months old and have black hair only on their head are called 'Infant 2'. Finally, young macaques that are between 1-3.5 years in age are called 'Juveniles'. Mother macaques can be very protective and tourists should always be cautious when approaching infant macaques. (sacredmonkeyforest)
Ubud, 13 Agustus 2010
Begitu sampai di halaman parkir di monkey forest banyak orang berpakain adat Bali, hari itu ada upacara nganyarin (upacara umat Hindu). Yah, menjadi satu daya tarik khusus untuk para wisatawan. Pak Randy juga jadi asik menjeprat-jepret ibu-ibu yang sedang “nyuhun banten” (menaruh sesajen di atas kepala, dilakukan sambil berjalan).
Belum masuk ke areal hutan kami sudah disambut oleh para monyet yang mengira kami membawa makanan untuk mereka. Para wisatawan juga banyak membeli pisang yang dijual oleh para penjual pisang di depan pintu masuk, tapi tertulis larangan untuk “tidak memberikan kacang bagi para monyet”. Hal ini juga dimaksudkan agar monyet tidak mengalami obesitas. Seperti yang sudah dijelaskan monyet-monyet yang ada adalah monyet ekor panjang (Macaca fasicularis). Merupakan satu dari dua spesies yang paling banyak ada di Bali. Spesies lain yang ada adalah yang terdapat di Taman Nasional Bali Barat.
Hal yang paling tidak boleh dilakukan adalah jangan sampai melakukan interaksi yang berlebihan dengan monyet . Selain kemungkinan transmisi bakteri maupun virus yang bersifat pathogen jika hal ini dilakukan juga sangat beresiko jika monyet yang disentuh berteriak, teriakan monyet yang umurnya masih muda akan mengundang monyet-monyet lain datang. “Hal ini sangat berbahaya, nanti bisa dikerubuti kamu”, kata Ibu Aida.
Cukup banyak infant dan juvenile yang kami temui, ini mengindikasikan pertumbuhan populasinya cukup bagus. Namun yang selanjutnya menjadi masalah adalah kepadatan populasi. Jumlah monyet yang ada sudah terlalu banyak. Jika dibandingkan dengan luas wilayah dapat dikatakan bahwa populasinya cukup padat. Jadi perlu dilakukan relokasi agar tidak terjadi fragmentasi. Selama ini, monyet-monyet juga memasuki ladang-ladang warga disekitar areal hutan, namun biasanya kembali ke hutan, karena di hutan tempat mereka bisa mendapatkan makanan terutama dari wisatawan maupun petugas.
Kami dapat menyaksikan sambung ayam, hiya Mr. Randy called that was “Chiken Fighting”. Begitu ribut dan begitu riuh, “Gasal…Gasal..gasal” Sambung ayam diadakankarena banyak warga yang berkumpul setelah ada upacara di Pura dan memang tidak berhubungan dengan upacara yang dilakukan.
Bukan hanya monyet yang dapat ditemukan di sana, terdapat sekitar lima ekor rusa. Dulu memang ada sekitar 15 ekor. Lima ekor ada yang di bawa ke Taman Safari Gianyar dan ada pula yang di sumbangkan.
Hal yang menarik yang dapat dijumpai di sana adalah adanya tiga pohon yang menjadi satu, pohon bunut (Ficus Glabela), pule (Astonia Scolavis), dan beringin (Ficus Benyamina) dapat ditemukan di depan pura Praja Pati. pohon bunut (Ficus Glabela), Kresek (Ficus Superba), dan beringin (Ficus Benyamina) dapat ditemukan di depan Pura Dalem. Dari hasil penelitian ada sekitar 115 spesies tumbuhan ada di hutan ini.
Identifikasi Individu
Anakan (Infant)
Ciri-ciri
• Ukuran Tubuh : sekitar 30 cm
• Warna Rambut Kepala : Hitam
• Ciri Lain : Untuk infan yang baru berumur sekitar 1-10 hari warna hitam
mendominasi warna keseluruhan tubuh.
Anakan (Juvenile)
Ciri-ciri
• Ukuran Tubuh : dapat berukuran 2-3 kali lipat dari infant
• Warna Rambut Kepala : Hitam
• Ciri Lain : Warna tubuh biasanya sudah tidak hitam lagi, mulai agak
keabuan.
Muda (Subadult)
Ciri-ciri
• Ukuran Tubuh : Lebih besar dari juvenill
• Warna Rambut Kepala : abu-abu
• Ciri Lain : Taring lebih pendek dari dewasa.
Jantan Dewasa (Adult)
Ciri-ciri
• Ukuran Tubuh : tubuhnya paling besar jika dibandingkan dengan infant,
juvenile maupun betina dewasa.
• Warna Rambut Kepala : Abu-abu
• Ciri Lain : Ada kumis dan callus menjadi satu
.
Betina Dewasa
Ciri-ciri :
• Ukuran Tubuh : Ukurannya tidak melebihi ukuran jantan dewasa
• Warna Rambut Kepala : Abu-abu
• Ciri Lain : Bagian muka berewokan dan callus terpisah.
Terimakasih untuk Ibu Aida (drh. Aida LT Rompis), Pak Soma (drh. I Gde Soma M,Kes) dan Pak Suatha (Dr. drh. I Kt Suatha ) untuk jalan-jalan yang menyenangkan penuh obrolan tentang primata, terimakasih juga untuk Pak Randy (Prof. Dr. Randall C. Keys, Ph.D) dan Awe (mahasiswa Thailand) yang juga banyak berbagi pengalaman tentang konservasi lingkungan .
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar