Tahun kedua aku mulai mulai jadi anak kost. Sebenernya ga jauh beda dengan tinggal di tempat tante dulu. Cuma yang ngebedain hanya lebih tenang karena sepupuku yang super usil ga ada hehehe…. Maklum kalau anak kecil banyak rasa pingin tahunya jadi suka pada usil. Awal semester tiga jumlah mahasiswa 2008 makin ciut alias berkurang tapi jumlah kami yang duduk semakin banyak karena kakak kelas banyak yang kembali mengambil mata kuliah di semester tiga. Banyak mata kuliah yang baru dan dosen yang baru yang mengajar.
Kontrak uliah selalu menjadi selalu pokok bahasan yang wajib diawal perkuliahan. Tapi tak banyak dosen yang mangkir dan tidak memberikan kontrak kuliah dan ujung-ujungnya saat pengumuman nilai, kami menjadi agak sok karena ternyata persentase nilai yang jatuh lebih besar. Ujian tengah semester (UTS) 1 10%, UTS 2 10 %, tugas 20 %, praktikum 20%, UAS 40%. Yah persentasenya ga jauh-jauh dari nilai itu, tapi biasanya kami berkompromi dengan nilai tugas agar lebih dinaikkan persentasenya, kadang disetujui kadang juga agak sulit.
“ Ga bisa dik, ini sudah keputusan rapat jadi tetep harus segitu”, jawab dosen.
Yah, kadang agak bingung juga kenapa harus bertanya “apakah anda setuju?”, toh juga ujung-ujungnya kita tidak bisa berkompromi. Untuk membesarkan hati kami hanya mengingat kembali satu pasal yakni pasal 1 “Dosen selalu benar” dan pasal 2 “Jika dosen salah kembali ke pasal satu”. Tidak semua dosen “saklek” alias ga bisa diganggung gugat. Banyak juga yang bisa diajak berkompromi masalah kontrak kuliah, karena ga ada yang ga mungkin kalau komunikasi kita bangun dua arah. Cihui… mulai aneh kata-kataku. Banyak kelucuan yang terjadi, bikin kesel tapi mengundang tawa. Mulai tingkah dosen yang aneh-aneh sampai kejadian-kejadian yang ga disangka bakal terjadi.
Misalnya saja kuliah pertama patologi umum. Korti berusaha menghubungi dosen yang harusnya ngajar tapi uda lewat 30 menit belum datang.
“Selamat pagi bapak, saya korti semester 3, bapak ada jadwal mengajar hari ini.”
Sang dosen pun menyaut, “Lho, saya tidak ada jadwal hari ini”.
Korti kembali menyahut, “maaf pak kemarin bapak koordinator mata kuliah bilang sekarang jadwal bapak…”
Bapak dosen kembali membela diri,” Tapi kok saya ga di kasi tahu ya???”
“wah, saya juga kurang tahu bapak, maaf sebelumnya ini dengan bapak Sena, pengajar patologi umum?”.
“Oh, bukan. Saya pak Eka. Saya ngajar patologi Klinik”
“Maaf pak, saya salah, sekali lagi maaf”
Kejadian seperti itu sering terjadi jika satu tim dosen mata kuliah mungkin kurang koordinasi. Kami menunggu dosen berlama-lama tapi tak kunjung tiba. Atau mungkin dosen koordinator mata kuliah salah memberikan nomor telepon dosen yang seharusnya mengajar. Ujung-ujungnya langsung dikasi handout alias bahan kuliah dan langsung ujian deh…
Selain teori kita juga asik menikmati perkuliah di laboratorium. Menggunakan hewan-hewan sebagai kelinci percobaan. Anjing, mencit, kelinci dan ayam menjadi sasaran empuk untuk bahan praktikum. Disemester satu dan dua juga kami melakukanya hanya semester dulu tidak langsung menggunakan hewan coba, pada semester 3 praktikum lebih menyenangkan terutama untuk mata kuliah Mikrobiologi. Satu mata kuliah yang baru kami dapat di semester tiga. Selain itu parasitologi juga jadi satu mata kuliah baru yang bikin geli. Kenapa??? Berbagai spesies cacing akan dipelajari, bergeliat, licin dan kecil. Selain itu di lab mikrobiologi koloni bakteri selalu jadi bahan obrolan.
Satu kejadian aneh praktikum adalah saat kami akan praktikum dengan salah satu bapak Dosen. Jadwalnya praktikum jam setengah tiga tapi jam 3 praktikum tak kunjung di mulai. “Kunci lab” menjadi barang yang paling dicari dan menjadi pembicaraan hangat selama 30 menit berlalu.
“Dik, boleh saya pinjem hpnya???”, bapak Doni menepuk bahuku dari belakang.
“Oh iya silahkan pak”, sahutku tanpa ragu.
“Saya mau telpon ibu Jeny, mungkin kunci dibawa olehnya”, pak Doni menambahi. Ibu Jeny adalah dosen satu tim dengan pak Doni. Tapi yang paling membuat aku tidak mengerti adalah pak Doni tetap menggunakan hpnya untuk menelpon ibu Jeny tapi pak Doni mngetik nomor Ibu Jeny di hpku sambil memandanginya. Kejadian itu membuat kami para mahasiswa tertawa ngakak dalam hati. Dan tertawa ngakak di mulut saat praktikum telah berakhir pukul 5 sore karena kami baru berhasil masuk sekitar pukul setengah 4 sore. Entahlah apa maksud pak Doni meminjam hpku tapi tak jadi menggunakannya.
Di lab mikro kita bisa ngecek langsung koloni bakteri yang ada di sekitar kita. Mulai makanan dan minuman hingga hal-hal yang begitu dekat dengan kita. Misalnya saja waktu itu kami mengambil sampel air kemasan isi ulang dan daging. Saat kesokan harinya dilihat cawan petri (tempat menanam bakteri dan biasanya ada agar biar bakterinya tumbuh; wah, kalau diceritain jenis-jenis agarnya bisa kuliah kita ampe setahun hehehe…) ternyata banyak bakteri yang bermain ria di agar. Tapi meski sudah tahu tetap saja aku minum kemasan isi ulang, harus disesuai’in dengan kantong anak kos yang penting ga bikin diare.
Masa-masa ga ada kuliah dan libur pasti jadi surga, tapi kalau udah deket ujian kata-kata yang paling tepat adalah “Welcome to Hell”…
Ujian akhir semester (UAS) sesester 3 tidak jauh berbeda dengan UAS-UAS sebelumnya. Liburan yang diperoleh juga agak singkat karena karena peralihan dari semester ganjil ke semester genap tak terlalu panjang.
Semester empat, metode pengajaran 90% berubah. Semua dosen memberikan tugas plus tugas persentasi. Ajippp…. Ampe pacaran dengan powerpoint, tiap hari kerjaannya cuma nongolin powerpoint depan computer. Tapi tetep masih ada yang suka metode lama dengan kuliah ceramah.
Bukan mahasiswa namanya kalau ngumpul dikantin ga ngrumpi’in dosen-dosen. Mulai dari cara ngajar, penampilan alias fashion, pelit ga sama nilai, ngaret waktu, pokoke ampe cara jalan pun diomongin.
Memang cara mengajar masing-masing dosen berbeda. Ada yang ngaret ampe 30 menitan atau bahkan ampe sejam. Ada juga yang ngajar sambil duduk diatas meja sambil memainkan laptop ditangan, diputer-puter, dinaik turunin. Pertanyaanya “Apa ga capek tangan si Bapak megang laptop ampe perkuliahan berakhir??”. Ada juga penampilan dosen modis abis, tapi lumayan juga jadi ga terlalu ngebosenin kalau dilihat. Tapi yang bikin salut adalah dosen parasit yang selalu kompak. Susunan jadwal kuliah yang teratur dan sesuai, bahan kuliah yang gampang diakses lewat dunia maya plus nilai yang juga dipulikasi lewat web, kalau ada award buat mata kuliah terbaik kayaknya parasit bakal jadi favorit juara.
Kuliah-praktikum jadi rutinitas. Kadang jenuh karena yang dilakukan hanya itu-itu saja. Tapi banyak hal yang aku dapat kalau ngobrol dengan dosen di luar jam kuliah.
Banyak julukan yang diberikan untuk dosen sesuai dengan karakter mereka yang pasti lucu-lucu abis.
Selain ngrumpi di kantin jejaring facebook jadi satu alternative untuk salik “walek” atau saling ejek. Mulai foto-foto yang diambil dengan posisi yang aneh sampai foto hasil editan yang jadi bahan obrolan.
Kuliah Diagnosa klinik jadi mata kuliah yang paling fres di semester empat. Praktikumnya serasa kami sudah jadi dokter beneran. Ngecek denyut jantung, ngecek gerak reflek, periksa cara jalan, pokoknya “being a real veterinary”.
Hari itu adalah hari rabu, jadwal mata kuliah diagnose klinik, tapi dosen yang paling dinanti tak kunjung tiba. Ku putuskan untuk menghubunginya.
“Selamat pagi bapak, jadwal hari ini anak semester 4 diagnosa klinik dan dosen pengajarnya bapak”.
“Oh iya, saya sudah di jalan. Ini lagi macet, tolong tunggu sebentar”
“Baik, terimakasih pak”
Pikirku pak Edi akan tiba beberapa menit lagi. Tapi satu jam berlalu bapak dosen yang ditunggu-tunggu tak kunjung tiba. Hingga usai praktikum pukul 16.00 pun bapak dosen tidak kunjung datang. Yah, sudah enam setengah jam berlalu sejak aku menelpon, pak Edi tak datang juga. Entahlah, yang dimaksud tadi pak Edi sudah dijalan mana, ckckckck…
Kejadian yang ga kalah aneh juga terjadi beberapa minggu kemudian. Hari kamis yang cerah, bersiap untuk belajar berbagai penyakit yang menyerang hewan. Dosennya Ibu Jeny, selalu fashionable, penampilannya yang jelas ga pernah ngebosenin buat dilihat. Ibu Jeny memang datang mengajar selalu telat tapi jam mengajarnya tak pernah berkurang artinya sama aja, meskipun Ibu jeny datang telat waktu ngajarnya tetep aja 2 jam. Hari itu ibu Jeny sudah menelpon dan mengatakan akan datang telat. Dengan sabar kami menunggu dan menunggu….
Akhirnya ibu jeny datang juga, dengan senyum yang khas Ibu Jeny menyapa kami.
“Selamat siang”
“Selamat siang ibu”, sahut kami serentak.
“Aduh, saya agak capek, gimana kalau hari ini ga usah kuliah”.
Kami langsung berpandangan satu sama lain. Apa maksudnya ibu Jeny mengatakan itu. Berjam-jam kami menunggunya, setelah sampai malah bilang tidak usah kuliah. Sedikit menggelitik, kenapa si Ibu tidak mengatakan saja ditelpon kalau dia tidak mengajar, kenapa harus datang jauh-jauh dan membuat kami menunggu kalau ujung-ujungnya malah tidak kuliah. Kadang dosen adalah orang yang paling tidak bisa aku mengerti jalan pikirannya. Mungkin karena mereka adalah orang-orang luar biasa dan sering melakukan hal-hal yang tidak biasa.
Banyak cerita yang bikin semuanya terasa ga terlalu datar. Banyak cinta lokasi juga yang ga disangka-sangka. Tapi sayangnya aku baru tahu kalau temenku pacaran saat mereka sudah putus. Biasanya kalau ditanya “kenapa??” Sudah bisa ditebak jawabannya seperti alas an-alasan para artis berpisah “perbedaan prinsip”.
Ujian akhis Semester juga berjalan seperti tahun sebelumnya. Banyak soal-soal UTS yang dikeluarkan. Maklum bahan UAS adalah materi-materi yang diajarkan dari awal semester. Kata temen-temen fakultas lain materi UAS hanya dari materi yang diajarkan stelah UTS, tapi difakultas kami adalah yang paling berbeda, karena Kami adalah fakultas yang Luar Biasa hehehehe….
Saat-saat pengumuman nilai akhir adalah hal yang paling mendebarkan. Wara-wiri mengunjungi laboratorium hanya untuk sekedar melihat apakah nilai sudah ditempel. Sibuk ngewall di facebook dosen untuk nyain nilai, nelpon dosen dan nanya kakak kelas yang kebetulan ortunya jadi dosen. Begitu nilai keluar hal pertama disiapkan adalah “uang”. Kenapa?? Ya, bersiap untuk perbaikan dan bayarnya per SKS, lumayan nguras jika nilainya banyak yang ga bagus. Bagi yang perbaikan mungkin waktu yang seharusnya jadi liburan bakal jadi waktu belajar ekstra tapi bagi yang tidak ikut perbaikan libur panjang telah menanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar