Kamis, 12 Agustus 2010

KULIAH UMUM “PAK RANDY” (Prof. Dr. Randall C. Keys, Ph.D)


The center's official mission statement is "to facilitate and provide field-based educational, research and outreach opportunities for students and professionals from the University of Washington and partnering institutions around the world in areas relating to global health and the environment."
( From UWeek article Oct. 9, 2009 ): Kyes has been conducting collaborative field training programs in Indonesia since 1991, and over time has added programs in Thailand, Bangladesh, China, India, Nepal, DR Congo, Brazil, and Mexico. It all started with his own research.

Back in 1990, Kyes was in Indonesia doing a population survey of some monkeys on a remote island, and his Indonesian colleagues at Bogor Agricultural University said that they would like to learn more about survey techniques and especially about primate behavior. They want if Keys back next year, he could do a short field course with Bogor Agricultural University students. The program became annual, and by 1995, UW students were joining the Indonesian ones in the field study program.
He's been doing annual field training programs with partner institutions in a number of countries since then. Given that the collaborative programs originated through the primate center, they have focused on primates. But Kyes wanted to take the next step and expand into general environmental issues as well as into global health."


Randall Kyes menjalankan Pusat Studi Lapangan Global, yang bersama-sama berafiliasi dengan Kantor Urusan Global, Departemen Psikologi dan Pusat Penelitian Primata Nasional Washington. pernyataan misi resmi pusat itu adalah "untuk memfasilitasi dan menyediakan pendidikan berbasis lapangan, penelitian dan kesempatan outreach untuk mahasiswa dan profesional dari University of Washington dan lembaga-lembaga kemitraan di seluruh dunia dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan global dan lingkungan. Kyes telah melakukan program pelatihan bidang kolaboratif di Indonesia sejak 1991, dan dari waktu ke waktu telah menambahkan program di Thailand, Bangladesh, Cina, India, Nepal, Kongo, Brasil dan Meksiko. Semuanya dimulai dengan penelitian sendiri.

Kembali pada tahun 1990, Kyes berada di Indonesia melakukan survei populasi beberapa ekor monyet di sebuah pulau terpencil P. Tinjil) , dan rekan Indonesia di Institut Pertanian Bogor mengatakan keinginanya untuk belajar mengenai teknik survei khususnya tentang tingkah laku primata. Jika Keys kembali tahun depannya maka ia bersedia mengadakan studi lapangan bersama mahasiswa IPB. Program ini menjadi program tahunan, dan pada tahun 1995, mahasiswa UW dan Indonesia bergabung dalam program studi lapangan. Sejak itu Dia telah melakukan program pelatihan lapangan tahunan dengan lembaga-lembaga mitra di sejumlah negara
Mengingat bahwa program kolaboratif berasal melalui pusat primata, mereka fokus pada primata. Tapi Kyes ingin mengambil langkah berikutnya dan memperluas dalam isu-isu lingkungan umum serta dalam kesehatan global.


KONSERVASI, PENELITIAN DAN OUTREACH

Fokus utama dalam konservasi adalah jumlah populasi (abundance), habitat, genetic dan transmisi pathogen. Jadi dalam menyukseskan konservasi lingkungan harus dilakukan kerjasama (partnership) oleh kalangan professional (peneliti), WARGA LOKAL, kalangan intelektual, jurnalis lingkungan maupun masyarakat awam.

Kalangan yang lebih mengerti tentang lingkungan tentu telah menyadari pentingnya konservasi tentang lingkungan, jadi kerjasama dengan jurnalis yang juga mengerti tentang lingkungan dapat membantu publikasi terhadap masyarakat awam. Hal lain yang dapat dilakukan adalah pendidikan mengenai konservasi sejak usia dini. Prof. Randy bersama dengan rekan-rekannya telah melakukannya di Indonesia, Nepal, Bangladesh, China dan beberapa Negara yang menjadi tempat penelitiannya mengenai lingkungan khususnya primata.

Banyak hal yang menjadi kendala dalam menjalankan usaha konservasi terutama “uang” namun jika dilakukan dengan bersama-sama tentu dapat diselesaikan.
Prof Randy bilang “Bersama kita bisa”…. Hehehe, pak Randy juga bisa bahasa Indonesia.

Di Indonesia Pak Randy melakukan usaha konservasinya di Cagar Alam Tangkoko Duasudara Bitung, Sulawesi Utara. Hasilnya populasi dari monyet (Macaca Nigra), leaky… meningkat. Sebelumnya sempat sangat turun dengan drastis. Penurunan kemungkinan diakibatkan perburuan, karena di Sulawesi Utara daging monyet menjadi salah satu makanan yang digemari. Tubuh-tubuh monyet yang tak bernyawa dapat dengan mudah ditemukan di pasar-pasar (saying ga dapet fotonya, benar-benar mengenaskan). Ini menjadi salah satu komoditi dan memerlukan satu pemecahan, karena jika terus berlanjut akan membahayakan populasi monyet secara alami. Kawasan Cagar Alam biasanya menjadi salah satu objek wisata, turis asing maupun mancanegara dapat berinteraksi langsung dengan monyet. Interaksi ini tentu memiliki kosekuensi kemungkinan transmisi dari penyakit misalnya TB (Tuberculosis). Dalam penelitiannya Pak Randy juga menemukan monyet-monyet baik infant, juvenile maupun dewasa mengalami campak, hal ini kemungkinan disebabkan karena interaksi yang terjadi dengan lingkungan termasuk manusia.

Pak Randy aktif dalam kegiatan field training karena dapat disadari bahwa konservasi dilakukan demi kehidupan untuk generasi selanjutnya.

Global Field Training in Conservation Biology


Ultimately, the conservation of animals and their habitats is in the hands of the people who share the habitat with the creatures. To that end, Global Field Training in Conservation Biology focuses on the next generation of conservation leaders around the world - the university students and professionals working in a range of settings - who will be responsible for the management and conservation of the world’s biodiversity.
Many of the field training programs are conducted in protected areas like national parks and nature reserves, or in areas of high conservation concern. The training programs also focus attention on key species in the area, like primates in Indonesia, elephants in Bangladesh and snow leopards in Nepal.
Global Field Training in Conservation Biology also conducts conservation education programs for local schoolchildren. Many of the schools are located in impoverished, rural areas near the field training sites. These children often do not have access to the most basic educational opportunities. (WPZ)
“Orang asing saja peduli dengan Indonesia kenapa kita tidak?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar